Penulis
Intisari-online.com - Petir berulah kembali. Pada Senin malam (19/8/2019), seorang pria penggembala bersama 19 ekor ternak kerbau tewas seketika akibat sambaran petir.
Kejadian ini terjadi di Dusun II, Desa Urutan, Kecamatan Andam Dewi, Tapanuli Tengah.
Menurut pemberitaan Kompas.com dengan judul Seorang Pria dan 19 Kerbau Tewas Tersambar Petir, Begini Ceritanya, petir menyambar saat hujan turun pada malam hari.
Kapolres Tapteng AKBP Sukamat mengatakan, korban bernama Sintor Habeyahan (23), seorang penggembala. Kejadian terjadi pada pukul 19.00 WIB.
Baca Juga: Ketika Anak Suka Menyiksa Binatang, Benarkah Kelak Dia akan Jadi Maniak Pembunuh?
Korban saat itu sedang menghidupkan perapian untuk mengusir nyamuk di kandang kerbau, tepatnya di samping rumah korban.
Tiba-tiba datang petir menyambarnya. Seketika, korban dan 19 kerbau tewas di tempat.
"Korban diserahkan kepada keluarganya, sedangkan 19 kerbau itu rencananya akan dikuburkan secara massal menggunakan alat berat," kata Sukamat kepada Kompas.com, Selasa (20/8/2019).
Lantas, seberapa besar kehebatan petir sehingga bisa membunuh banyak makhluk hidup sekaligus?
Kekuatan petir Dalam artikel Sains Kompas.com pada (27/4/2017), peneliti petir dari Sekolah Tinggi Elektro dan Informatika (STEI) di Institut Teknologi Bandung (ITB), Syarif Hidayat, mengatakan, petir berbeda dengan listrik di rumah meski sama-sama memiliki arus listrik.
"Petir berbeda dengan listrik di rumah karena dia tidak sabaran. Arus listrik di rumah kita mau mengantre dalam kabel. Petir tidak. Dia tidak peduli, maunya cepat-cepat sampai ke bumi," kata Syarif saat itu.
Untuk menghantarkan arus ke bumi, petir cenderung memilih tempat terbuka, obyek yang tinggi, dan tonjolan di permukaan bumi.
Obyek tinggi bisa berupa tiang ataupun pohon. Adapun tonjolan bisa berupa bukit atau gunung, manusia, hewan, dan bangunan yang berada di tempat terbuka.
Jadi, orang yang berada di tengah sawah, bermain bola di lapangan, ataupun berlayar di atas kapal di lautan bisa menjadi tonjolan yang siap disambar petir.
"Karena sifatnya yang tidak sabaran, saat ada tonjolan, petir akan menyambar semuanya tanpa pilih-pilih. Jadi memang tidak mengherankan petir bisa menyambar banyak obyek sekaligus," ungkap Syarif yang aktif mendata aktivitas petir di Indonesia.
Dari sisi kekuatan, tegangan petir pun sangat besar. Tegangan listrik yang bisa ditoleransi manusia 20 miliampere.
Sementara tegangan yang dihasilkan petir bisa mencapai 26.000 ampere. Bagi petir, membunuh manusia adalah perkara mudah.
Mengapa sambaran petir sangat fatal, padahal terjadi dalam waktu singkat?
Sambaran petir telah menjadi penyebab kematian pada 4.000 orang di dunia setiap tahun. Angka ini sudah dikurangi 90 persen dari korban yang selamat.
Padahal, sambaran petir terjadi begitu cepat dan jumlah listrik yang mengalir pada tubuh sangat kecil.
Mary Ann Cooper, seorang dokter gawat darurat yang telah pensiun dan peneliti petir, berkata kepada CNN 25 Mei 2017 bahwa mayoritas listrik dari sambaran petir mengalir di luar tubuh dalam efek flashover.
Baca Juga: Sedang Tidur, Gadis Ini Terbangun dan Melihat Tubuhnya Ditimpa Pria yang Membawa Parang
Listrik yang mengalir di luar tubuh ini bisa bereaksi dengan keringat atau tetesan air hujan pada kulit.
"Volume air memuai ketika diubah menjadi uap. Jadi jumlah kecil pun bisa menyebabkan ledakan uap. Reaksi ini benar-benar meledakkan baju Anda," ucapnya.
Cooper yang pernah menulis sebuah studi mengenai luka akibat sambaran petir sekitar empat dekade lalu berkata bahwa kehilangan kesadaran adalah efek yang paling sering ditemukan dalam laporan 66 dokter yang menjadi data penelitiannya.
Kemudian, sekitar satu pertiga korban juga mengalami kelumpuhan sementara pada lengan dan kaki mereka.
Sementara itu, efek yang lebih berbahaya adalah ketika aliran listrik menghentikan jantung.
Untungnya, Chris Andrews, seorang dokter dan peneliti petir di University of Queensland, Australia, berkata bahwa jantung memiliki alat pacu alami yang akan mereset dirinya sendiri.
Sebaliknya, masalah terbesar menurut Andrews adalah ketika petir mematikan area otak yang mengontrol pernapasan.
Dia berkata bahwa bagian tubuh ini tidak bisa mereset dirinya sendiri sehingga persediaan oksigen korban akan terjun bebas dan membuat jantung terserang kembali.
"Jika seseorang yang masih hidup bilang bahwa dia pernah tersambar petir, kemungkinan besar alat pernapasan mereka tidak mati sepenuhnya," ujarnya.
Walau demikian, bukan berarti bahwa tetap hidup setelah tersambar petir tidak memiliki konsekuensi apa pun.
90 persen dari korban yang selamat mengalami berbagai efek jangka panjang dan pendek, seperti serangan jantung, kebingungan, kejang, tuli, sakit kepala, kehilangan memori, hingga perubahan kepribadian.
Cara petir menyambar makhluk hidup Dikutip dari situs Badan Atmosfer dan Kelautan Amerika Serikat (NOAA), petir bisa menyambar manusia lewat 5 cara.
1. Menyambar secara langsung.
Ini biasa terjadi bila manusia berada di tempat terbuka tanpa obyek lebih tinggi lain di dekatnya.
2. Cara side flash Cara kedua adalah side flash.
Manusia bisa tersambar bila berada terlalu dekat dengan obyek tinggi lainnya.
3. Konduksi Ketiga adalah konduksi.
Manusia bisa tersambar bila kontak dengan logam saat petir menyambar.
4. Penghantaran permukaan
Petir bisa menyambar obyek tinggi hingga ke pangkalnya, lalu menghantarkan arus ke sekitarnya lewat permukaan tanah.
5. Streamer
Streamer adalah mekanisme penghantaran lewat jalur khusus yang terbentuk di atmosfer.
Menghindari risiko tersambar petir Mengetahui sifat dan cara penghantaran petir, manusia sebenarnya bisa meminimalkan risiko tersambar.
"Jangan berada di tempat terbuka. Lalu jangan berada di jarak kurang dari 2 meter dari obyek yang tinggi agar tidak tersambar," kata Syarif.
Jangan berpikir bahwa obyek yang bisa menghantarkan petir hanya logam. Syarif menegaskan kembali, petir berbeda dengan listrik di rumah kita.
Petir memiliki sumber arus tetap, tapi tegangan berubah-ubah. Sementara listrik di rumah kita merupakan sumber tegangan, tegangan tetap dan arus berubah-ubah.
Karena itu, untuk bisa ke bumi, petir bisa lewat kayu dan bambu yang bukan penghantar listrik baik. (Gloria Setyvani Putri/Kompas.com)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Penggembala dan 19 Kerbau Tersambar Petir, Kenapa Halilintar Sangat Mematikan?"