Penulis
Intisari-online.com - Baru saja gempa berkekuatan 7,4 terjadi pada Jumat (2/8/19), gempa tersebut terasa dari Banten hingga Jakarta.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menginformasikan bahwa gempa tersebut berpotensi menimbulkan tsunami.
Menurut pakar Tsunami dari Menteri Kelautan & Perikanan yang dikutip dari Kompas.com ungkap posisi gempa di megatrust selat Sunda.
Megatrust adalah Selat Sunda di wilayah pertemuan lempang Eurasia dan Indo-Australia yang lama dan bisa memicu gempa besar dan tsunami.
Konon, permodelan megatrust berpotensi gempa magnitudo 8,8 srdisertai tsunami setinggi 20 meter.
Megatrust Selat Sunda hanya satu yang bisa membangkitkan tsunami di Banten. Yaitu Krakatau dan ancaman bencana lainnya.
Eko Yulianto, Kepala Bidang Dinamika Bumi dan Bencana Geologi Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, mengatakan, potensi gempa raksasa di Selat Sunda menjadi pengetahuan umum peneliti.
”Setelah gempa Aceh 2004 dan Sendai 2011, kalangan ilmuwan meyakini bahwa gempa dan tsunami raksasa bisa terjadi di seluruh zona subduksi di mana pun,” kata dia.
Di Indonesia, potensi gempa besar bisa di zona subduksi Mentawai, Selat Sunda, selatan Bali, Flores, hingga sekitar Ambon dan Papua.
Eko pernah meneliti endapan tanah di sekitar Sungai Cikembulan, Pangandaran, Jawa Barat, untuk mencari jejak tsunami masa lalu.
Ditemukan jejak tsunami besar 400 tahun lalu. ”Data ini harus dikonfirmasi dengan pengeboran,” kata dia.
Skenario terburuk
Meski belum ada data rinci kapan periodisasi gempa di Selat Sunda, kata Widjo Kongko, harus disiapkan skenario terburuk.
Ia mengkaji dan membuat model dampak gempa dan tsunami berkekuatan Mw 9 yang berpusat di Selat Sunda.
Hasilnya, Jakarta yang berjarak 200-250 km dari pusat gempa berpotensi berguncang keras beberapa menit.
”Intensitas yang dirasakan di Jakarta bisa sangat kuat. Bisa menimbulkan kerusakan bangunan,” ujar dia.
Jakarta berada di atas tanah endapan atau aluvial yang karakteristiknya menambah amplifikasi guncangan.
”Studi mikrozonasi sangat penting untuk tahu dampak gempa ini,” kata dia. Guncangan terkeras akan dirasakan di sekitar Banten dan Lampung dengan potensi tsunami.
”Jika gempa sebesar ini terjadi di daerah dangkal dekat palung, tsunami di daerah sumber, puncaknya bisa 10-15 meter,” ungkap dia.
Tsunami itu bisa tiba di pantai utara Jakarta dengan ketinggian 5 meter.
Kajian empiris di sejumlah tempat, kata Widjo, ketinggian tsunami 5 meter di pantai landai, landaan ke daratannya bisa beberapa kilometer, tetapi tidak lebih dari 5 km.
”Kurang tepat kalau tsunami di Jakarta menjalar dari pantai selatan dan bisa hingga kawasan Sudirman,” ujar dia.
Setiap pembangunan infrastruktur di kawasan itu perlu memperhitungkan potensi gempa dan tsunami, seperti rencana Jembatan Selat Sunda dan Tembok Laut Raksasa Teluk Jakarta.
”Di rencana tapak Jembatan Selat Sunda, tinggi tsunami bisa 10 meter pada kedalaman 30 meter. Bisa menggerus dasar laut sekitar fondasi jembatan,” kata dia.
Eko mengatakan, untuk kota Jakarta, yang perlu lebih diwaspadai dampak guncangan terhadap bangunan.
”Bangunan tahan gempa mutlak,” kata dia. (AIK/KOMPAS CETAK)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Antisipasi Gempa Sunda Megathrust"