Find Us On Social Media :

Kepercayaan Orang Bali: Gempa Bukan Azab, Tapi Pertanda Kemakmuran

By Muflika Nur Fuaddah, Kamis, 18 Juli 2019 | 17:00 WIB

Prajurit TNI memantau kerusakan pada bagian candi yang runtuh akibat gempa di Pura Lokanatha, Denpasar, Bali, Selasa (16/7/2019)

Intisari-Online.com - Biasanya gempa bumi sering dikaitkan dengan bencana alam destruktif yang membawa kehancuran.

Namun ternyata tidak demikian menurut kepercayaan orang Bali.

Tergantung waktu saat terjadinya peristiwa tersebut, gempa dapat bermakna membawa kebaikan.

Budayawan sekaligus penggiat lontar Bali Sugi Lanus mengatakan, gempa yang mengguncang Bali pada Selasa (16/7/2019) justru pertanda baik karena terjadi pada Sasih Kasa sesuai penanggalan sistem sasih, bulan berdasar purnama dan tilem.

Baca Juga: Kisah Tragis Bocah Korban Bullying yang Bunuh Diri dengan Membaringkan Tubuh di Rel Kereta di Depan Teman-teman Sekelasnya

"Kalau menurut lontar-lontar, itu gempa barusan di Bali malah pertanda baik, bukan azab."

"Tapi pertanda turunnya kemakmuran. Negara menuju kesejahteraan, kepemimpinan teguh dan siap menjaga rakyat," ujar Sugi Lanus kepada Kompas.com.

Hal ini, menurut Sugi Lanus, tertulis dalam Lontar Aji Palindon atau disebut juga Palelindon.

Ada juga rangkuman ciri bencana, yakni Lontar Roga Sangara Bumi.

"Ada juga lewat pertemuan pancawara, saptawara dan juga menurut wuku."

"Sasih Kasa sendiri jatuh pada bulan Juli. Gempa sendiri terjadi saat purnama yang merupakan puncak dari Sasih Kasa," kata Sugi.

"Kalau ada gempa sebagai tanda-tanda buruk lainnya perlu ritual Guru Piduka (minta maaf pada semesta), "Prayascita" (penyucian atau ruwat bumi)."

"Kalau terjadi korban 'Labuh Gentuh' (penyucian kembali alam menuju titik awal-normal)," lanjut dia.

Baca Juga: Usai Menyembelih Babi, Pria Ini Mendadak Kaya Setelah Temukan Benda Aneh Berbulu Ini, Harganya Rp56 Miliar