Pada 2025 Bumi Akan 'Disembur' Radiasi Kuat 272 Kali Lebih Panas dari Suhu Matahari, Benarkah?

Tatik Ariyani

Penulis

NASA memprediksi tahap ini akan berlangsung pada 2020, diikuti oleh siklus maksimum matahari pada 2025.

Intisari-Online.com - Prediksi cuaca antariks NASA telah memperkirakan 10 tahun mendatang aktivitas matahari akan mendekati periode 'terlemah' dalam 200 tahun.

Akibatnya dunia akan dihantam cambuk sepanas 1.500.000 celcius.

Semburan matahari itu adalah semburan radiasi kuat yang berasal dari Matahari.

Cuaca luar angkasa yang dipicu oleh aktivitas di Matahari mengikuti siklus minimum dan maksimum matahari selama 11 tahun.

Baca Juga: #HariPertamaSekolah, Jangan Sembarang Unggah Foto Anak di Media Sosial, Ini 7 Aturan yang Harus Orangtua Tahu

Saat siklus matahari sedang minimum maka aktivitas di permukaan matahari turun dan semburan matahari jarang terjadi, dan sebaliknya.

Menurut NASA, Matahari sekarang mendekati siklus berikutnya - yang terlemah akan dialami dalam 200 tahun.

NASA memprediksi tahap ini akan berlangsung pada 2020, diikuti oleh siklus maksimum matahari pada 2025.

Pada masa itu matahari akan menyemburkan lidah-lidah apinya yang sepanas bersuhu 1.500.000 celcius.

Baca Juga: Berumur 4,5 Miliar Tahun dengan Berat Total 1.003 Kg, Kecantikan Meteorit Ini Dinilai Tak Tertandingi

Prediksi ini muncul ketika Juha-Pekka Luntama, kepala Kantor Cuaca Antariksa di Badan Antariksa Eropa, saat menekankan kapan Bumi menghadapi hantaman badai matahari.

Dipercaya secara luas bahwa badai matahari adalah salah satu "ancaman terbesar" bagi umat manusia.

Hal itu karena peristiwa itu dapat timbulkan masalah besar untuk pasokan listrik dan memicu pemadaman yang bisa berakibat fatal.

Badai matahari juga dapat menghambat satelit mengganggu pesawat di orbit rendah-Bumi, mengesampingkan sistem navigasi dan menempatkannya pada jalur koreksi.

Badai matahari besar juga pernah menerpa Bumi pada tahun 1859.

Badai matahari sebesar itu akan menerpa Bumi lagi nantinya namun bisa merusak masyarakat modern kita karena sangat bergantung pada teknologi.

Baca Juga: Viral Ibu yang Menghitamkan Mata Anaknya Hingga Si Anak Menangis, Ternyata Ada Alasan Menarik di Baliknya

Para pakar antariksa yang cemas sebelumnya memperingatkan bahwa masyarakat tidak tahu bahaya yang mereka hadapi.

Brian Gaensler, seorang astrofisikawan di University of Toronto, memberikan peringatan tegas tentang penyebab pembengkakan yang disebabkan oleh matahari.

"Kekhawatiran di sini adalah bahwa jika radiasi dari ledakan matahari menghantam Bumi, ia dapat merobohkan satelit, mengganggu ponsel, dan bentuk komunikasi lainnya," katanya.

Efek badai matahari dapat berlangsung berbulan-bulan - atau bahkan bertahun-tahun - karena pihak berwenang harus memperbaiki semua infrastruktur yang rusak.

Baca Juga: Kisah Memilukan Tenaga Kerja Asing, Kaki Dirantai Hingga Dipaksa Bekerja Selama 12 Jam

Mampu meramalkan tahun-tahun paling aktif Matahari secara akurat sangat penting sekarang karena NASA telah memutuskan untuk mengembalikan astronot ke Bulan.

Ketika Matahari berada dalam kekacauan, jumlah radiasi ruang yang berbahaya meluncur melalui ruang angkasa dan menuju Bumi.

Radiasi antariksa dapat melumpuhkan jaringan satelit, mengganggu jaringan listrik, dan bahkan mengancam misi terkait bulan.

Baca Juga: Konon Jika Ular Keluar dari Tembok Barat Israel Ini, Maka Itu Pertanda Hari Kiamat Sudah Dekat

Artikel Terkait