Penulis
Intisari-Online.com - UcapanGalih Ginanjar yang didugatertuju pada mantan istrinya, Fairuz A Rafiq berujung dia penjara.
Dan menurutKomisioner Komnas Perempuan, Mariana Amiruddin, mengatakan, penggunaan istilah “ikan asin” dalam konteks percakapan di video tergolong pelanggaran asusila.
Menurut dia, hal itu tidak sepantasnya dilakukan oleh siapa pun dan di mana pun, apalagi disampaikan di ruang publik oleh mereka yang pernah terikat dalam ikatan perkawinan.
Ia mengatakan, cara seperti ini, menyerang ranah seksual, biasa digunakan untuk membalaskan dendam pribadi dan menjatuhkan harga diri seorang perempuan.
Selain melanggar kesusilaan, penggunaan kata “ikan asin” untuk menggambarkan organ intim wanita juga sudah masuk dalam kategori pelecehan seksual.
Istilah ini dianggap melecehkan karena maksud dan tujuan di balik pemilihan kata itu untuk merendahkan martabat perempuan.
Oleh karena itu, kasus Galih Ginanjar tidak menggunakan pasal pelecehan seksual, melainkan dijerat dengan pasal lain terkait informasi transaksi elektronik (ITE) karena disebarkan lewat media sosial.
Pelecehan secara verbal
Umumnya, kita hanya memahami jenis pelecehan yang dilakukan secara fisik.
Lupa bahwa pelecehan verbal melalui bahasa juga bisa berdampak bagi korban. Dan tentu saja sering tidak disadari oleh si pelaku.
Biasanya pelaku pelecehan verbal merasa memiliki kekuasaan dan kekuatan yang lebih dari korbannya.
Apalagi jika si korban tidak melawan sama sekali. Maka semakin menjadilah tindakan tersebut.
Orang yang sering melakukan kekerasan verbal biasanya banyak mengalami perasaan marah untuk menanggapi segala keadaan.
Misalnya ketika ia merasa tidak aman dan cemas, ia akan marah.
Kegagalannya adalah, ia tidak rela merespons segala tindakan dengan ungkapan lain kecuali marah.
Itulah sebabnya, tembok yang terbangun antara dirinya dengan orang lain, baik itu pasangan maupun teman, semakin tinggi setiap hari.
Berikut 15 jenis pelecehan verbal yang umum namun sering pula tidak disadari seperti dilansir daripsychologytoday.com pada tahun 2016 silam.
1. Memotong pembicaraan
Hal ini termasuk seseorang yang memotong pembicaraan saat orang lain berbicara. Selain itu, memotong pembicaraan dengan minim mengeluarkan kalimat.
Nah, hal ini dinamakan menahan informasi. Kalau dalam pasangan, biasanya ia menahan diri untuk berbagi perasaan dan pemikirannya.
2. Meremehkan
Biasanya terjadi dengan tujuan untuk meremehkan pendapat dan perasaan orang lain.
Contohnya adalah kritik terhadap hal-hal yang sepele. Misalnya ia mengkritik orang lain terlalu kekanakan, tidak memiliki selera humor, dan terlalu sensitif.
Pelaku biasanya mengabaikan dan meremehkan kemampuan seseorang.
3. Kekerasan verbal melalui candaan
Kekerasan verbal bisa saja disamarkan dengan candaan yang dianggap biasa saja.
Pelaku mungkin ingin menyatakan hal yang sangat menyakitkan bagi korban untuk melihat reaksi korban. Namun setelah itu ia berkata, “aku cuma bercanda, kok".
Padahal, candaan yang menyakitkan adalah kekerasan verbal, lo.
Baca Juga: Pernah Jadi Hidangan Upacara dan Masuk dalam Prasasti , Ini Sejarah Ikan Asin di Indonesia
4. Mmengalihkan pembicaraan
Kedua hal ini mirip dengan tindakan pemotongan pembicaraan tadi.
Namun tujuannya adalah agar topik yang diinginkan orang lain tidak dibicarakan, hanya topik miliknya saja yang ingin dibicarakan.
Ia sering mengeluh jika dirinya tidak jadi pusat perhatian.
5. Merendahkandan meremehkan perkataan orang lain
Merendahkan orang lain merupakan bentuk kekerasan verbal agar orang lain mau mengikuti keinginannya.
Pelaku bisa saja menyerang dengan meremehkan pekerjaan, cara berpakaian, bahkan makanan kesukaan seseorang itu.
6. Membuat nama panggilan yang kasar
Nama panggilan yang ditujukan untuk seseorang namun panggilan yang buruk dan kasar.
Misalnya, “perempuan jalang”, “si bodoh,” dsb.
Atau panggilan yang disematkan secara tidak langsung, misalnya “kamu memang sangat tidak berharga,”. “memangnya kamu sepenting itu,”
7. Melupakan janji dan melupakan orang tersebut
Sengaja melupakan janji dengan tujuan menyakiti orang lain juga termasuk pelecehan verbal.
Bahkan jika ia juga benar-benar lupa, ia tetaplah bersalah karena tidak berupaya untuk mengingat janji itu. (Tika)