Find Us On Social Media :

Begini Cara Orang Fort Kochi Jaga Keberagaman Selama Ratusan Tahun

By Trisna Wulandari, Jumat, 28 Juni 2019 | 19:15 WIB

Fort Kochi

Sinagoga yang masih terawat

Masing-masing penganut agama tersebut memiliki rumah ibadahnya, tanpa kasus pembakaran dan pengeboman.

“Warga Fort Kochi berpendidikan dan mereka mengutamakan pendidikan. Kami tidak bertengkar karena perbedaan,” begitu jawab seorang pengemudi di sana.

Salah satu tempat ibadah yang bersejarah adalah Sinagoga Paradesi di kawasan Jew Town atau Kampung Yahudi.

Tahun 1568, Maharaja Cochin memberikan sebidang tanah kepada masyarakat Yahudi yang tinggal dekat istananya untuk membangun sinagoga.

Sinagoga ini dibangun oleh warga Yahudi Sefardik Spanyol dan Belanda.

Sinagoga Paradesi menjadi sinagoga aktif tertua di India dan di negara-negara Persemakmuran.

Baca Juga: Tampung Jutaan Pengungsi, Erdogan Sebut Eropa Hidup Tenteram dan Damai Berkat Turki

Paradesi sendiri berarti orang asing (foreigner). Dinamakan demikian karena masyarakat Yahudi yang membangun sinagoga itu berasal dari daratan Eropa.

Karena nilai sejarahnya, sinagoga ini menjadi salah satu tujuan wisata di Fort Kochi.

Di dinding luar, terpampang papan pengumuman jam buka sinagoga dan larangan mengambil foto di dalamnya.

Sebuah menara jam tampak menjulang kurang lebih setinggi 5 meter.

Pengunjung membayar 10 Rupee (sekitar Rp2000) untuk sumbangan perawatan gedung.

Bagian dalam sinagoga tidak luas, lantainya marmer yang dihiasi motif berwarna biru, langit-langitnya terbuat dari kayu.

Di langit-langit menggantung dua chandelier dari Italia, namun arsitekturnya khas lokal dengan altar sederhana.

Baca Juga: Sinagoga Kuno Ini Miliki Lantai dengan Mozaik Kisah Bahtera Nuh dan Terbelahnya Laut Merah