Advertorial
Intisari-Online.com - Selebriti muda Rachel Amanda sempat mengidap kanker tiroid pada 2014.
Kondisi tersebut membuat tiroidnya diangkat.
Padahal, kelenjar berbentuk kupu-kupu di bagian depan leher ini berperan penting mengeluarkan hormon pengatur metabolisme, pertumbuhan, suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, berat badan, dan lainnya.
Untuk mengganti fungsi yang diangkat, Rachel harus rutin minum obat seumur hidup.
Jika sehari-dua hari terlupa minum obat, Rachel bisa mengalami serangan kantuk.
Baca Juga: Hindari 4 Makanan Penyebab Kantuk Ini Jika Tak Ingin Pekerjaan Terganggu
Minum obat seumur hidup juga diharuskan demi sel kanker tak lagi tumbuh di tubuhnya.
Seperti halnya Amanda, banyak orang juga diresepkan minum obat dalam jangka panjang.
Namun terkadang, konsumsi obat seumur hidup membuat kita takut efeknya akan merusak ginjal.
Dr. dr. Aida Lydia, PhD, SpPD-KGH, dari RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat menyebut, pasien yang harus minum obat dalam jangka panjang tidak perlu khawatir, karena tidak akan merusak ginjal. Mengapa demikian?
Baca Juga: Selain Mengurangi Khasiatnya, Minum Obat dengan 4 Minuman Ini Juga Bisa Berbahaya Bagi Kesehatan
Ketua Umum Perhimpunan Nefrologi Indonesia ini menyebutkan, justru konsumsi obat secara rutin dapat melindungi pasien dari komplikasi gagal ginjal.
Pada dasarnya, penyakit itu sendiri yang berisiko memunculkan kerusakan pada ginjal.
Contoh, penderita hipertensi yang mengalami penyempitan pembuluh darah.
Jika penyempitan terjadi pada ginjal dan tidak dikontrol, pasien berisiko mengalami gagal ginjal.
Karena itulah, pengendalian tekanan darah hingga mencapai target yang ditentukan dapat melindungi seseorang dari risiko kerusakan ginjal.
Baca Juga: Termasuk Urin Berbusa, Inilah 'Alarm' Tubuh Manusia Jika Ginjal Alami Kerusakan
Caranya dengan mengonsumsi obat antihipertensi secara rutin dan perbaikan gaya hidup.
Alasan yang sama untuk pemberian obat dalam jangka panjang pada pasien diabetes.
Tingginya gula darah membuat ginjal bekerja ekstra keras untuk membuang kelebihan kadar gula dalam darah menjadi urine.
Jika tidak minum obat diabetes secara teratur, pasien berisiko mengalami komplikasi gagal ginjal.
Obat diabetes membantu menurunkan dan menjaga kadar gula dalam darah, sehingga kerja ginjal tidak diperberat.
Jadi, pasien tidak perlu takut untuk melanjutkan pengobatan selama dalam pengawasan dokter.
Jika ditemukan ketidakcocokan obat atau efek samping pada pasien, dokter dapat mengganti obat dan mengatur ulang dosis yang sesuai.
Namun, apa betul semua obat tidak punya efek samping?
Obat yang berefek samping
Memang ada beberapa jenis obat yang berefek samping pada kerusakan ginjal, namun konsumsinya biasanya tidak rutin hingga seumur hidup.
Contohnya obat pereda nyeri dan rematik.
Obat-obatan ini dikonsumsi dengan aman bila mengalami keluhan, namun harus sesuai dosis dan hindari pemakaian jangka panjang.
Terkadang, mudahnya membeli obat di pasaran membuat pasien membeli sendiri tanpa rekomendasi atau pengawasan dokter.
Padahal, obat analgesik atau pereda nyeri tidak boleh digunakan orang dengan penurunan fungsi ginjal.
Baca Juga: Benarkah Peterseli Bisa Digunakan Untuk Bersihkan Ginjal? Ini Kata Ahli
Larangan ini karena obat analgesik mengurangi aliran darah ke ginjal.
Penggunaan obat pereda nyeri yang tak sesuai dengan indikasi dapat menyebabkan peradangan pada ginjal.
Bila berlanjut, kondisi tersebut dapat memicu jaringan parut yang dapat mengganggu fungsi ginjal.
Penggunaan jangka panjang obat analgesik dengan dosis tinggi juga dapat merusak ginjal yang sehat.
Begitu pun dengan penggunaan laksatif atau obat pencahar terus-menerus yang tidak sesuai pengawasan dokter.
Penggunaannya, terutama yang mengandung oral sodium fosfat (OSP) dapat meninggalkan kristal di ginjal yang menimbulkan kerusakan dan gagal ginjal.
Perlu disadari, obat-obatan ini tidak sepenuhnya tanpa risiko, sehingga perlu digunakan dengan hati-hati.
Artikel ini telah terbit di Majalah Intisari dengan judul "Minum Obat Bertahun-Tahun Rusak Ginjal?"