Find Us On Social Media :

Kisah Kusni Kasdut, Seorang Pejuang yang Jadi Perampok, Akan Difilmkan

By Trisna Wulandari, Senin, 17 Juni 2019 | 12:15 WIB

Pasukan dari dunia hitam 

Jati diri Kusni mulai terukir tatkala ia bersama empat temannya sesama pelajar Sekolah Menengah Tehnik Malang, diterima sebagai Heiho.

Pasukan bentukan Tentara Pendudukan Jepang itu sengaja dipersiapkan untuk menghadapi ancaman pasukan Sekutu yang mulai mendekat ke Asia Tenggara.

 Kusni tergabung di Batalyon Matsumura, sebuah nama pemberian Jepang untuk lapangan terbang di Timur Laut Malang.

Menjadi tentara Heiho, membuat Kusni merasa punya arti hidup. Gajinya yang sejumlah Rp35, sudah terasa besar.

Sehari-hari ia bisa leluasa merokok dan jajan sesuka hatinya. Ketika pulang ke rumah ibunya, ia bisa membeli sekadar oleh-oleh.

Sayangnya, kebanggaan Kusni itu tidak lama. Begitu Jepang kalah perang, Agustus 1945, Heiho dibubarkan.

Bagai anak ayam kehilangan induk, Kusni berkali-kali mencoba bergabung dengan pasukan resmi Badan Keamanan Rakyat (cikal bakal TNI) maupun milisi-milisi yang ada kala itu.

Akan tetapi, sekadar untuk mendapat tempat bernaung saja, ternyata tidak mudah.

Jalan hiduplah yang membuat Kusni akhirnya mendapat tempat di Brigade Teratai.

Baca Juga: Tangguh dan Tetap Bungkam Meski Disiksa Lawan, Seperti Ini Latihan Khusus Pasukan Baret Merah

Pasukan laskar rakyat bentukan Jenderal Moestopo ini dikenal juga Pasukan Setan.

Disebut begitu, lantaran pasukan ini merekrut berbagai elemen rakyat kala itu, terutama mereka yang berasal dari dunia hitam.

Jadilah Kusni bergaul dengan copet, bandit, perampok, pelacur, dan lain-lain.

Jenderal Moestopo sengaja mengorganisir para kriminal itu dan menggunakannya sebagai pasukan tempur rahasia yang ternyata sangat efektif.

Tugasnya antara lain menyusup ke wilayah musuh atau  mengumpulkan berbagai barang berharga untuk kepentingan perjuangan.

Salah satu misi yang pernah dijalani Kusni misalnya menyita seluruh perhiasan dari pengusaha keturunan Tionghoa di daerah Gorang Gareng, Madiun.

Dari sana memboyong tiga stoples emas dan berlian. Ketika itu Kusni sama sekali tidak tergiur untuk memiliki barang-barang berharga itu.

Semua diserahkannya penuh untuk perjuangan.

Baca Juga: Kebrutalan Armor Samurai Ini Menjadikan Mereka Pejuang Sengit yang Sopan