Find Us On Social Media :

Kisah Kusni Kasdut, Seorang Pejuang yang Jadi Perampok, Akan Difilmkan

By Trisna Wulandari, Senin, 17 Juni 2019 | 12:15 WIB

 Kini giliran dua petugas museum itu yang terkejut.

Aneh sekali, polisi-polisi ini pakai acara ancam mengancam segala, batin mereka. Tak ada pilihan, mereka akhirnya menurut. 

Tak ingin menyia-nyiakan waktu, Kusni segera mendekati lemari pajangan emas dan berlian.

Dengan obengnya yang paling besar, daun pintu lemari pajangan itu dicongkel. Tak sulit. Cukup ditekan kanan kiri beberapa kali, lemari sudah terbuka.

Saat itulah kedua petugas penjaga baru menyadari, mereka berhadapan dengan perampok.

Keduanya ingin berteriak, tapi Herman segera mengancam. Sebuah situasi di luar dugaan yang membuat Kusni semakin terburu-buru untuk meraup beberapa bongkah berlian.

Tak peduli soal bentuk dan ukurannya. Semua yang ada, dimasukkan ke dalam kantung kaus kaki bekas. Tak sampai dua menit, Kusni bergegas keluar ruangan.

Di pintu, ia sempat memberi kode kepada Budi dan Sumali agar segera mengikutinya.

Tadinya kedua orang ini berpura-pura bersikap seperti penjaga yang  menahan para pengunjung agar tidak masuk.

Baca Juga: Pelaku Perampokan Justru Diundang ke Pemakaman oleh Anak Korban, Apa yang Diinginkan Sang Anak?

Kusni lebih dulu sampai ke mobil dan langsung menghidupkan mesin mobil.

Akan tetapi hampir bersamaan itu pula terdengar seperti jeritan seorang pria dari lantai atas.

Semoga hanya penjaga, pintanya dalam hati. Dia jadi sedikit panik.

Maka begitu Herman, Budi, dan Sumali muncul, mobil langsung tancap gas.

Jip bergerak ke arah utara. Ketika sampai di simpang belakang Istana Merdeka, langsung ambil kanan ke arah Jalan Veteran, terus ke Jalan Perwira, kemudian arah Jalan Siliwangi.

Di sanalah mereka berhenti di pinggir jalan yang cukup sepi.

Kini keempat penjahat itu baru bisa menarik napas. Satu per satu diatur, hingga dirasa semakin tenang.

“Teriakan apa yang tadi?” nada suara Kusni terdengar gusar.

“Kedua penjaga itu.”

“Diapakan?”

“Ini!” sahut Herman. Ditunjukkannya belati yang masih belepotan bekas darah.

“Habis bagaimana lagi?” Herman langsung membela diri. “Mereka mau lari.”

Semua terdiam.

Sesuai rencana yang telah disepakati, empat orang itu segera meninggalkan jip di pinggir jalan.

Selanjutnya pelarian menggunakan dua becak, masing-masing memuat dua orang.

Selama perjalanan Kusni sama sekali tidak berbicara. Di tengah jalan, tangannya terlihat agak bergetar ketika membuka kaus kaki di tangannya.

Sekilas, tampaklah benda-benda berkilauan di dalamnya. Entah, berapa nilainya. Untuk menaksirnya saja, ia tidak berani.

Baca Juga: Pria Cabuli Adik Iparnya yang Masih SMP: Awas, Korban Pencabulan di Bawah Umur Berisiko Tinggi Kena Kanker Serviks