Find Us On Social Media :

Fenomena Anak Kecanduan Gadget: Rabun Jauh yang Tak Bisa Disembuhkan Hingga Ngamuk Jika Tak Ada Internet

By Mentari DP, Rabu, 12 Juni 2019 | 10:00 WIB

Fenomena anak kecanduan gadget.

Intisari-Online.com – Akhir-akhir ini, ada beberapa masalah yang mengkaitkan antara balita dan gadget.

Seperti yang kita tahu bersama bahwa kini balita dan anak-anak sudah pandai bermain gadget.

Namun masalahnya hal ini menimbulkan risiko besar.

Contoh, sebuah kasus yang terjadi di China.

Baca Juga: Shireen Sungkar Ngaku Tak Sanggup Jika Teuku Wisnu Poligami: Wanita yang Alami Poligami Sering Menderita Emosi Negatif

Dilansir dari video.tribunnews.com yang mengutip dari China Times pada Rabu (12/6/2019), seorang balita bernama Xiao Man (2,5) asal Jhiangsu, China didiagnosa rabun jauh.

Hal ini terjadi karena dia sering memainkan ponsel selama kurang lebih satu lamanya.

Namun setelah satu tahun, bocah tersebut punya kebiasaan menyipitkan mata dan mengerutkan dahi.

Khawatir, orangtua Xiao Man membawanya ke rumah sakit.

Namun betap kagetnya mereka, setelah tahu anaknya tersebut telah mengalami rabun jauh 900 derajat dan menurut dokter kerusakan mata yang dia alami tidak bisa disembuhkan lagi.

Bahkan, semakin bertambahnya usia Xiao Man, maka pengelihatan Xiao Man bisa menjadi semakin buruk.

Kasus anak yang tak lepas main gadget juga terjadi di Indonesia.

Pada Sabtu (8/6/2019), sebuah video bertajuk seorang anak yang kecanduan gadget menjadi viral di media sosial.

Dalam video tersebut disebutkan bahwa seorang anak menngamuk karena enggan ikut pulang ke kampung halaman orang tuanya.

Penyebabnya adalah anak tersebut tahu bahwa di kampung dirinya tidak bisa bermain game karena buruknya jaringan internet.

Alhasil, dia pun mengamuk dan meronta-ronta menolak untuk masuk ke dalam mobil yang akan membawa dirinya ke kampung halaman kakek-neneknya.

Baca Juga: Syahnaz Sadiqah Hamil: Ternyata Ibu Hamil yang Sering Mual dan Muntah Adalah Tanda Bayi Akan Miliki IQ Tinggi

Ada lagi kisah di Thailand di mana seorang balita perempuan berusia 4 tahun harus menjalani operasi mata karena kebiasaan buruknya bermain ponsel.

Sang ayah, Dachar Nuysticker Chuayduang, mengaku melakukan sebuah kesalahan ketika ia mengenalkan putrinya pada ponsel dan iPad saat usianya baru 2 tahun.

Balita tersebut nyatanya kecanduan main ponsel, ia akan kesal, marah, hingga menjerit ketika orangtuanya tidak mengizinkannya bermain ponsel.

Menurut Dr. Karyn Horowitz dari rumah sakit Bradley di Rhode Island, ada beberapa efek samping jika anak kecanduan gadget.

"Untuk beberapa anak, penggunaan video game dapat menjadi kecanduan yang mengarah ke isolasi sosial, kinerja sekolah yang buruk, dan gangguan tidur," katanya.

"Ada kemungkinan bahwa peningkatan tingkat depresi pada remaja terkait dengan kombinasi peningkatan penggunaan elektronik dan gangguan tidur pada individu yang sudah rentan," imbuhnya.

Depresi juga mungkin dialami seseorang yang memiliki riwayat penyakit kesehatan seperti diabetes atau jantung.

Kemungkinan lainnya adalah kombinasi faktor genetik, lingkungan, biologis dan psikologis.

Selain beberapa hal diatas, ada juga faktor lain yang mempengaruhi seseorang mengalami depresi :

1. Mengalami peristiwa traumatis atau membuat tertekan

Depresi bisa dialami mereka yang mendapatkan pelecehan fisik, seksual, kehilangan orang yang dicintainya, atau masalah keuangan.

Baca Juga: Syahnaz Sadiqah Hamil: 4 Mitos Kehamilan yang Tak Selalu Benar, Salah Satunya Ngidam Tak Harus Selalu Dipenuhi

2. Terjadi perubahan besar dalam hidupnya, meskipun semua itu dalam rencana

Hal ini mungkin terjadi jika mereka memiliki sebuah rencana besar dalam hidupnya, dan ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya.

3. Memiliki masalah kesehatan

Memiliki masalah terhadap gangguan kesehatan tubuh bisa memiliki dampak terhadap kesehatan mental individu.

4. Mengkonsumsi obat-obatan tertentu

Obat-obatan tertentu,termasuk narkoba memiliki pengaruh terhadap kondisi kesehatan otak dan mental seseorang.

5. Mengonsumsi alkohol

Alkohol mengganggu jalur komunikasi otak, gangguan ini dapat mengubah suasana hati dan perilaku, dan membuat lebih sulit untuk berpikir jernih dan bergerak dengan baik.

6. Faktor genetik

Hubungan keluarga ternyata juga berpengaruh terhadap kesehatan mental seseorang, misalnya seseorang yang memiliki kerabat yang memiliki riwayat depresi.

Resiko terjadinya depresi dapat dikurangi jika dilakukan perawatan yang tepat dengan pengobatan, terapi atau keduanya.(FD. Hinggarwati)

Baca Juga: Syahrini Ungkap Bahwa Dia Orang Kaya Lama Bukan OKB: Ini Bedanya Orang Kaya Baru dengan Orang Kaya Sejak Dulu