Penulis
Intisari-online.com - Beberapa waktu lalu sebuak kisah seorang wanita bernama Kanval asal Pakistan ditipu oleh seorang pria asal Tiongkok.
Dia mengaku sebagai petani kaya dan seorang muslim yang menjanjikan kehidupan layak bagi calon istrinya wanita pakistan dari kehidupannya di perumahan kumuh.
Namun, sayang hal itu hanyalah sebuah rekaan yang dibuat-buat. Ternyata dia bukanlah seorang muslim, bukan pula seorang petani kaya.
Hal itu membuatnya marah dan memutuskan untuk bercerai, dengan meminta batuan kedutaan Pakistan di negara tersebut.
Rupanya Kanval bukanlan satu-satunya yang tertipu, mengtip Association Press, ratusan wanita muda dari minoritas di Pakistan, telah diperdagangkan dan dijadikan sasaran untuk menjadi istri oleh pria-pria Tiongkok.
Mereka dijual sebagi pengantin dalam beberapa bulan terakhir, karena kondisi dan kemiskinan yang menimpa mereka.
Para pialang menawarkan kepada orang tuanya yang miskin dengan uang ribuan dolar untuk memberikan anak gadisnya dalam pernikahan.
Begitu pula para wanita Pakistan, mereka juga menikah dengan kehendaknya untuk menemukan nasib yang lebih baik dari kehidupan sebelumnya.
Baca Juga: Fakta Kehidupan Pesumo: Hidup Mewah hingga Mempunyai Istri yang Cantik
Sayang,hal itu terkadang hanya sebatas tawaran belaka, selebihnya tak jarang dari mereka mendapatkan perlakukan buruk, terisolasi, pelecehan karena tidak bisa berkomunikasi dan bergantung pada aplikasi penerjemahan.
Kisah Sophia misalnya, seorang warga Faisalabad, Pakistan, berusia 19 tahun ketika pria China datang mereka menjanjikan kehidupan yang layak dan uang bagi orang tuanya.
Namun, sebulan memasuki menyetujui tawaran itu, Sophia justru berjuang kembali ke negerinya karena pelecehan dan kepura-puraan yang dilakukan oleh pelamar, lapor BBC.
Menurut Firstpost, keadaan buruk kaum minoritas di Pakistan belum keluar dari bayang-bayang hukum, penodaan agamaan, para wanita sering ditemukan berjuang untuk keadilan dirinya sendiri.
Wanita muslim dalam sasaran perdagangan
Wanita muslim dari keluarga miskin, adalah salah satu yang terjebak dalam kasus perdagangan ini.
Perdagangan ini merupakan tuduhan serius di bawah hukum perdagangan manusia yang secara terang-terangan dilanggar memungkinkan kartel dan sindikat lintas negara itu mengoperasikannya.
Wanita muslim dari lingkungan miskin di Lahore yang pergi ke Tiongkok bersama suaminya, mengungkapkan bahwa dia harus ditahan dengan penganiayaan fisik yang berulang-ulang.
Dia menolak tidur dengan "pria mabuk" yang dibawa oleh suaminya. Kemudian suaminya juga diketahui telah memalsukan agamanya dan dia bukanlah seorang muslim yang taat seperti dalam pengakuannya.
Sementara itu, wanita-wanita yang menjadi korban harus menggunakan bantuan kedutaan Pakistan di negeri tirai bambu tersebut untuk bisa memulangkannya ke Pakistan.
Tak hanya, wanita muslim kelompok minoritas dari keluarga kristen di Pakistan juga menjadi sasaran dalam perdagangan ini.
Baca Juga: Ini Cara 12 Menit Tingkatkan Suasana Hati, Kurangi Cemas dan Stres!
Diperdagangkan di Pakistan kemudian di lecehkan di Tiongkok
Dalam beberapa minggu terakhir, Pakistan diguncang oleh tuduhan bahwa setidaknya ada 150 wanita dibawa ke Tiongkok sebagai pengantin.
Sayangnya mereka di antaranya mengalami pelecehan seksual, kekerasan fisik, dan beberapa korban dipaksa melacur, hingga bekerja di bar menurut laporan New York Times.
Human Rights Watch dalam catatannya yang dikeluarkan pada April 2019, mengatakan tuduhan perdaganan manusia ini sangat mirip dengan pola pada masa lalu.
Baca Juga: Sedang Malas Pergi ke Gym? Ini Alterntif Kardio Sederhana yang Bisa Dilakukan di Rumah
Perempuan dari negara-negara Asia lainnya seperti Korea Utara, Myanmar, Kamboja, Laos dan Vietnam dibawa ke Tiongkok sebagai pengantin, kemudian dilecehkan.
Di Tiongkok sendiri permintaan untuk pengantin asing telah meningkat, warisan kebijakan satu anak lebih condong pada keseimbangan gender untuk laki-laki.
Maka mereka mencari pengantin dari negeri lain, sebagian besar dari Vietnam, Laos, dan Korea Utara.
"Sekarang laki-laki mencari lebih jauh," kata Ming Vu direktur advokasi di Pacific Links yang membantu perdagangan perempuan Vietnam.
Baca Juga: Ada yang Berisi Lusinan Mayat Berusia 2.000 Tahun, Inilah Gua-gua Misterius Nepal di Dinding Tebing
Pakistan tampaknya telah memasuki radar pialang pernikahan sejak akhir tahun 2018.
Di antara semua agama di Pakistan, orang tua sering memutuskan pasangan perikahan anak perempuannya.
Masyarakat yang patriarkal sering menganggap anak perempuan sebagai beban kelurga, karena budaya pengantin perempuan yang harus membayar mahal biaya pernikahan.
Sebaliknya, orang-orang Tiongkok justru menawarkan uang untuk membayar semua biaya pernikahan.
Mereka membayar rata-rata 3.500 dolar AS hingga 5.000 dolar AS, (Rp49 juta-71 juta) termasuk pembayaran kepada orang, tua pendeta, dan broker.