Find Us On Social Media :

Anak Raditya Dika 'Dijaga' Utusan Pantai Selatan: Nyai Roro Kidul, Sosok Gaib Rakyat Jelata yang Kemahsyurannya Menggema Tembus Waktu

By Ade S, Minggu, 26 Mei 2019 | 11:30 WIB

Anak Raditya Dika disebut-sebut dikawal oleh sosok yang merupakan utusan Nyai Roro Kidul

Intisari-Online.com - Kembali berkolaborasi dengan Kisah Tanah Jawa, Raditya Dika lagi-lagi membagikan kisah mistis melalui kanal YouTube miliknya.

Melalui video yang diunggah pada Jumat (24/5/2019), Raditya Dika diberitahu tentang adanya sosok 'penjaga' yang kerap berada di sekitar anaknya, Alinea Ava Nasution.

Sosok tersebut, menurut Mas Hari dan Om Hao dari Kisah Tanah Jawa, merupakan utusan dari Pantai Selatan.

"Jadi ada sosok seperti ibu-ibu di dekat tempat bayi, dia duduk dengan tangan menyilang di depan, pakai tusuk konde dan bajunya warna hijau," ujar Om Hao.

Baca Juga: Menalar Mitos: Ungkap Jejak Tsunami Purba dalam Mitos Nyi Roro Kidul

"Saya tidak boleh menceritakan apa yang akan terjadi, tapi kemarin termasuk Kanjeng Ibu Pantai Selatan minta agar nanti diceritakan di sini," sambung Om Hao.

 

Siapakah Kanjeng Ibu Pantai Selatan yang dimaksud memang tidak dijelaskan lebih lanjut. Namun tentu sosok Nyai Roro Kidul kemungkinan yang dimaksud Om Hao.

 

Sosok yang identik dengan pakaian serba hijau ini memang begitu dikenal oleh masyarakat Indonesia, khususnya mereka yang tinggal di Pulau Jawa. 

Lalu, siapakah sebenarnya Nyai Roro Kidul? Bagaimana kisahnya bisa begitu melekat di benak masyarakat Jawa? Simak uraiannya berikut ini.

Baca Juga: Sultan Hamengku Buwono IX Telah Meramalkan Peristiwa G30S Setelah 'Berkomunikasi' dengan Nyi Roro Kidul

Mitos Nyai Roro Kidul sebagaimana tersurat dalam Babad Tanah Jawi itu sampai sekarang masih ada.

Kemasyhurannya bergema hingga terekam dalam kitab-kitab ilmiah bangsa seberang.

Sudah lama mitos ini dikaji dan diteliti oleh para ahli, namun semua itu tak sanggup mengubah pandangan masyarakat Jawa akan eksistensi tokoh yang dianggapnya betul-betul ada.

Babad Tanah Jawi karya gabungan sejarah dan dongeng, memang bukan satu-satunya sumber tentang Nyai Roro Kidul.

Baca Juga : Kisah Nyai Roro Kidul, Sosok Rekaan Panembahan Senopati dalam Babad Tanah Jawi

Namun dari karya tanpa nama inilah, kisah ratu dedemit laut selatan muncul menjadi bagian dari cerita rakyat Indonesia, bukan Jawa saja.

Nyai Roro Kidul, demikian ejaan sebenarnya dari tulisan serai Babad Tanah ]awi. Tapi entah kenapa beredar dan terkenal dengan nama yang salah baca, Kanjeng Ratu Kidul! 

Bahkan ada perbedaan persepsi yang meluas dan diyakininya, bahwa antara Nyai Roro Kidul dan Kanjeng Ratu Kidul itu berbeda.

Artinya, Roro Kidul itu patih, sedangkan Kanjeng Ratu Kidul itu ratunya. Namun, Babad Tanah ]awi tak menyebutkan itu.

Baca Juga : Menalar Mitos: Ungkap Jejak Tsunami Purba dalam Mitos Nyi Roro Kidul

Kisah gaib rakyat jelata ini pun lantas berkembang menjadi kisah sakral yang menuntut pertanggungjawaban religi yang sifatnya abadi.

Ya, abadi karena sesuai janji, Roro Kidul akan selalu berhubungan dengan seluruh raja Jawa keturunan Panembahan Senopati hingga kini.

Maka selama Kerajaan Mataram ada, tokoh penguasa dedemit Pulau Jawa ini akan tetap disembah untuk dimintai berkah.

Jadi ratu makhluk halus yang mendirikan bulu roma ini, sesungguhnya tidak memiliki watak jahat, bahkan sebaliknya berhati mulia karena dipercaya menjaga ketenteraman keraton dan rakyat Mataram hingga sekarang.

Memang tak salah kalau cerita besar ini kemudian disebarluaskan lewat media bacaan bergambar yang komiknya laku keras di sekitar tahun '60-an.

Justru komik inilah yang menarik, mengingat penyajian katanya singkat dan padat, sementara gambarnya sanggup menghanyutkan daya fantasi pembaca untuk membayangkan kecantikan rupa Nyai Roro Kidul, serta kebrutalan jin, setan laknat penjaga laut selatan.

Layar perak film nasional pun tak pernah sepi dari cerita-cerita berbau mistis tentang Nyai Roro Kidul dengan serentet judul yang seram plus bumbu seks.

Yang jelas ratu sakti yang rupawan ini sudah menjadi salah satu isi khazanah kisah klasik di Indonesia.

Baca Juga : Nyai Roro Kidul Sering Dipercaya Sebagai Wakil Tuhan yang Tak Kasat Mata

Bahkan nampak semakin sakral, karena seringnya diperingati dalam bentuk upacara labuhan atau terpentaskan dalam teater tertutup berbentuk seni tari bedaya ketawang dan bedaya semang.

Wajar kalau kemudian mitos Nyai Roro Kidul melebihi kisah Babad Tanah ]awi dan kebesaran Kerajaan Mataram sendiri.

Lihat saja, setahun sekali Keraton Yogyakarta pasti melakukan upacara tradisi labuhan di Parangkusuma.

Labuhan adalah persembahan sesaji yang ditujukan kepada Kanjeng Ratu Kidul.

Tradisi ini dilakukan bukan sekadar gengsi keraton atau untuk kepentingan wisatawan melainkan demi keselamatan raja, keraton, dan seluruh rakyatnya.

Ambil contoh, Sri Paku Buwono XII dari Keraton Solo di penghujung tahun 1985 melakukan labuhan guna keselamatan rakyat dan keraton setelah mengalami musibah kebakaran.

Untuk menciptakan keserasian hubungan dengan Ratu Laut Selatan, Kasunanan Surakarta membangun panggung Sanggabuwana sebagai tempat pertemuan mereka berdua.

Sedangkan Kasultanan Yogyakarta memilik sumur gemuling, terowongan bawah tanah di Tamansari Keraton Yogyakarta yang konon tembus sampai laut selatan sebagai tempat hubungan mistis antara Sunan dengan Kanjeng Ratu Kidul.

Baca Juga : Nyai Roro Kidul, Sang Ratu Demit yang Dipercaya Benar-benar Ada, Bukan Dalam Alam Khayal Semata

Tapi hubungan cinta antara raja dan ratu ini oleh sejarawan Prof. Dr. Edi Sedyawati diartikan sebagai hubungan yang bersifat adikodrati bukan hubungan seksual duniawi. 

"Karena itu," tulis Edi dalam Prisma no. 7, Juli 1991, "hubungan mereka tak pernah membuahkan anak."

Menyinggung hubungan seksual, sejarawan IKIP Sanata Dharma Yogya, Suhardjo Hatmosuprobo, menyatakan hubungan suami-istri Raja Jawa dan Ratu Kidul itu hanya berlaku sebelum Perjanjian Gianti 1755.

Sesudah Mataram pecah terbagi dua, masing-masing raja Yogya dan Surakarta sama-sama menganggap Kanjeng Ratu sebagai eyang, bukan istri.

"Soalnya, kalau tidak begitu Kanjeng Ratu Kidul itu namanya poliandri," katanya.

Apa pun komentar ahli, persepsi masyarakat Jawa tetaplah tak bergeming dari dulu hingga kini. Semua raja Jawa bisa berkomunikasi dengan Ratu Kidul.

Tak percaya? Sekadar contoh baca saja Tahta Untuk Rakyat hlm. 103. Jelas sekali almarhum Hamengku Buwono IX mengisahkan pengalamannya bertemu dengan Kanjeng Ratu Kidul setelah menjalankan laku puasa.

Katanya, ketika bulan naik, Kanjeng Ratu ini terlihat cantik sekali. Sebaliknya, saat bulan menurun dia nampak sebagai wanita tua renta.

 

(Tulisan ini ditulis dalam Kumpulan Kisah Misteri Intisari tahun 2002 dengan judul asli Nyai Roro Kidul, Sosok Rekaan Senopati yang ditulis oleh B. Soelist dan Djati Surendro)

Baca Juga : Perilaku 'Sadis' Raja-raja Mataram saat Meminta Berkah dari Nyai Roro Kidul