Advertorial
Intisari-Online.com -Pandangan masyarakat Jawa terhadap kekuasaan Kanjeng Ratu Kidul, mirip pandangan terhadap kekuasaan raja-raja Jawa itu sendiri.
Yaitu, wakil Tuhan yang berkuasa di dunia. Cuma bedanya, raja-raja Jawa itu kasat mata, sedangkan Ratu Kidul datan kasat mata (tak terlihat).
Apa komentar Ki Juru Permana tentang penguasa lelembut segoro kidul ini?
Penasihat spiritual Keraton Ngayogyakarta itu beranggapan, segoro kidul adalah keraton kajiman (kerajaan jin), namun di dalamnya seperti Keraton Yogyakarta - ada istana, alun-alun, pohon beringin, jalan.
Baca juga:Pertumpahan Darah di Kerajaan Mataram Gara-gara Bapak dan Anak Jatuh Cinta Pada Wanita yang Sama
Begitu pula struktur pemerintahannya, Kanjeng Ratu Kidul dalam melaksanakan pemerintahannya dibantu oleh dua patih, yaitu patih lebet (urusan luar).
Di samping pembantu Winokerajaan lainnya, seperti manggalayudha, penghulu, dan mertolutut.
"Zaman dulu, masyarakat sepanjang tepi Sungai Winongo dan Progo, setiap bulan Suro pasti mendengar suara lampor, yaitu barisan kereta kuda pimpinan Kanjeng Ratu Kidul sendiri," ujar Ki Juru Permana.
Lampor merupakan kunjungan persahabatan antara rakyat segoro kidul dengan penghuni Gunung Merapi.
Baca juga:Dari Xiaomi hingga iPhone, Inilah 16 Smartphone dengan Radiasi Paling Tinggi
Biasanya lampor itu disambut penduduk sekitar dengan suara bunyi-bunyian apa saja, guna mencegah barisan jin, setan tak sempat mengganggu penduduk.
"Tapi ini dulu, sejak kedatangan Jepang kok, lampor itu hilang," ujarnya.
Ki Juna Permana mengakui, penguasa laut selatan itu memang ada dan setiap raja Jawa dulu mampu berkomunikasi dengannya.
"Sayangnya, saya belum pernah melihatnya sendiri. Padahal berkali-kali saya diserahi memimpin upacara keraton. Jadi bagaimana ya saya harus bercerita," tuturnya.
Baca juga:Mengintip Kota Kuala Kencana Milik PT Freeport di Papua: Modern, Canggih, dan Bersih!
(Tulisan ini pernah dimuat dalamKumpulan Kisah Misteri Intisaritahun 2002 dengan judul asliNyai Roro Kidul, Sosok Rekaan Senopatiyang ditulis olehB. Soelist danDjati Surendro)