Penulis
Intisari-Online.Com -Normalnya, setiap tubuh manusia memiliki 23 pasang kromosom.
Namun jumlah itu bisa berubah pada orang-orang tertentu karena adanya mutasi genetik.
Misalnya mutasi dengan terjadinya penambahan salah satu dari 23 pasang kromosom tersebut yang menjadikan seseorang menderita sindrom down (down syndrome).
Penderitadown syndromemengalami keadaan abnormal dikromosom 21-nya seperti terjadinya pembelahan, kromosom 21-nya kelebihan, atau tidak sepasang (seperti normalnya),gejala itulah yangdisebut trisomi21.
Dikutip darilibrary.down-syndrome.org, Down Syndromepertama kali diperkenalkan pada 1866 oleh Dr. John Langdon Down.
Melalui publikasi tulisannya di Inggris,Dr. John Langdon Down menerangkan sejumlah anak-anak dengan gambaran umum yang sama namun berbeda dengan anak-anak normal lainnya.
Sepertimemiliki ciri-ciri badan yang relatif pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang Mongoloid, penyandang downsyndromesering juga disebut dengan mongolisme.
Banyaknya mitos yang mendiskreditkan tentang penyakit down syndrome ini dikarenakan minimnya informasi fakta yangtidak diketahui banyak orang.
Hal itu membuat penderitadown syndromesering dikucilkan ditengah-tengah masyarakat.
Baca Juga: Kisah Bocah 4 Tahun Penderita Down Syndrome yang Rawat 3 Saudara Angkatnya yang Disabilitas
Untuk itu, perlu bagi kita mengetahui kebenaran tentang penyakit ini.
Berikut fakta-fakta mengenai down syndrome seperti dilansir dari siloamhospitals.com:
Down syndromemerupakan penyakit langka
Faktanya, kelainan ini sama sekali tidak langka dan termasuk cukup sering terjadi.
Di Amerika Serikat sendiri, setidaknya satu dari 691 bayi terlahir dengan kondisidown syndromedan rasio ini setara dengan 6.000 bayi yang lahir dalam waktu satu tahun. Di Indonesia kurang lebih 1 dari 1.000 bayi mengalami kelainan kromosom ini.
Anakpenderitadown syndromehanya bisa masuk ke sekolah khusus
Faktanya,selain memiliki tampilan fisik yang khas, pengidapdown syndromemempunyai karakteristik yang berbedasetiap individu, seperti soal kemampuan intelektual,mereka sesungguhnya tetap bisa mengikuti kurikulum biasa seperti anak pada umumnya.
Bahkan, tak jarang ada beberapa anak penderitadown syndromeyang dapat lebih cepat menyerap informasi baru dibanding yang lainnya.
Baca Juga: Kisah Sudiyono, Petani yang Antarkan Anaknya yang Down Syndrome ke SLB Dengan Sepeda Ontel
Anak kecil dan orang dewasapengidapdown syndromememiliki perilaku yang sama
Faktanya,Orang dewasa yang mengidapdown syndromeberbeda dengan anak kecil dan tidak seharusnya diperlakukan seperti anak kecil.
Mereka juga mengalami tahap perkembangan secara individual layaknya orang biasa.
Hanya saja perkembangan kemampuan bicara pada anak down syndrome terhambat karena kemampuan saraf dan motoriknya tidak berkembang dengan sempurna untuk berbicara.
Oleh karena itu, dibutuhkan kemampuan lain agar anak dengandown syndromemampu berkomunikasi sebelum mereka benar-benar bisa berbicara.
Anakpengidap penyakitdown syndromesering terkena penyakit
Faktanya, meskipun risiko beberapa kondisi medis jauh lebih rentan seperti kelainan fungsi jantung, pernapasan dan masalah pendengaran, tetapi asalkan penyandangdown syndromediperlakukan layaknya orang biasa, harapan hidupnya akan cenderung sama dengan orang biasa.
Penderitadown syndromejuga kerap dianggap sebagai mereka yang memiliki kemampuan kognitif yang rendah.
Padahal realitanya, ada banyak penderitadown syndromeyang berprestasi dan bahkan memiliki kemampuan yang hebat dan belum tentu bisa dilakukan oleh manusia normal.
Down Syndrometidak bisa memiliki keturunan
Faktanya, pria dan wanita denganDown Syndromecenderung memiliki tingkat kesuburan yang berkurang. Meski sulit, namun mereka tetap bisa memiliki anak.
Jangan biarkan informasi yang tidak pasti tentang pengidapdown syndromememengaruhi pikiran dan perilaku kita.
Seseorang pengidapdown syndromebukanlah sebuah aib maupun berbahaya. Mereka juga manusia biasa yang membutuhkan kasih sayang, kehidupan sosial, serta hak dan kemampuan untuk berperilaku seperti orang lain pada umumnya.(Anjar Saputra)
Artikel ini telah tayang di gridhealth.id dengan judulMitos dan Fakta Sindrom Mongolisme, Bisa Memiliki Keturunan dan Berprestasi