Find Us On Social Media :

Banjir Kiriman Rendam Jakarta: Sebenarnya, Sejak Lahir Jakarta Memang Sudah Bergelut dengan Banjir

By Ade S, Sabtu, 27 April 2019 | 12:00 WIB

 

Sejalan dengan gerak cepatnya kemajuan di segala sisi kehidupan, masyarakat Kota Jakarta membutuhkan lahan.

Entah itu untuk perkantoran, permukiman, pembangunan prasarana jalan dan sebagainya, yang semuanya merupakan suatu bentuk pelapisan dengan sesuatu bahan yang sifatnya tidak tembus air hujan.

Itu semua menyebabkan berkurangnya fungsi tanah sebagai resapan air atau daerah imbuh air (recharge area).

Artinya, setiap hujan yang jatuh di kawasan itu (biasa disebut hujan lokal) sebagian besar tidak meresap ke dalam tanah, tetapi mengalir sebagai limpasan (runoff), dan akan mengisi dan memperbesar debit saluran atau aliran sungai.

Belum lagi adanya bangunan atau gubuk liar di bantaran yang menjorok ke sungai, akan mengurangi kapasitas sungai.

Namun, dalam perjalanannya sebelum masuk ke saluran drainase, sungai-sungai, dan akhirnya masuk ke laut, limpasan itu akan menggenangi jalan-jalan lebih dulu.

Kalau alirannya lancar, tidak terlalu  menjadi soal. Kalau terhambat lumpur atau kotoran lainnya sebelum masuk saluran di tepi jalan, genangan akan lama surutnya.

Akibatnya, jalanan jadi macet, apalagi kalau air genangan sudah mencapai 20 – 40 cm dalamnya. Kalau sudah begini, para tukang dorong kendaraan bermotor pun ketiban rezeki.

Baca Juga : Alami Banjir Pertama dalam Seabad, Buaya Pun Sampai Ikut Terbawa ke Jalanan Akibat Banjir