Find Us On Social Media :

Kisah Jovian, Petani Milenial yang Mencoba Mengangkat Pisang Lokal

By Agus Surono, Rabu, 17 April 2019 | 19:00 WIB

Jovian, petani milenial yang mencoba mengangkat pisang lokal.

Baca Juga : Kisah Belle Gunness, Gadis Petani yang Menjelma Jadi Psikopat Pembunuh Pria-pria Kesepian Demi Harta Warisan

Mengangkat citra pisang lokal

Selain menanam sayur-mayur, Jovian dan temannya kini sedang mengembangkan penanaman pisang. Ini memang cita-citanya sudah sejak pertama terjun ke bisnis agri. Selain karena secara pribadi ia menyukainya, pisang menurutnya juga tanaman komoditas asli Indonesia.

Dari data di tangan Jovian, dari 300 varietas pisang di Indonesia, baru sekitar 20 yang dibudidayakan. “Yang booming sekarang itu cavendish. Ini bibit dari kita, dikembangkan di luar, lalu dijual kembali ke kita,” katanya.

Pisang juga cocok dikembangkan karena bisa ditanam di mana pun, bernilai tinggi, bukan barang murah. Produk turunan juga banyak. Ada tepung pisang. Bisa dibikin cemilan. Kandungan karbohidrat juga tinggi, sehingga jika dikaitkan dengan ketahanan pangan pisang bisa menjadi salah satu alternatif pengganti nasi.

Yang jadi masalah, budidaya pisang di Indonesia umumnya masih tradisional. Artinya, masih mengandalkan anakan pisang untuk regenerasi pohon.“Padahal kalau sudah tiga kali anakan, kualitas dan kuantitas buahnya sudah menurun. Mereka (para petani tradisional – Red.) berpikir asal enggak mati ya tanam terus,” kata Jovian.

Pisang ditanam di daerah Sukabumi, Jawa Barat. Tidak jauh dari Geopark Ciletuh. Wilayah itu sendiri selama ini dikenal sebagai sentra pisang juga.Di Sukabumi ia merencanakan membuat semacam desa binaan khusus pisang. Bibitnya dari kultur jaringan sehingga tahan penyakit. Kualitas juga terjaga.

Pembinaan dilakukan mulai dari prapanen sampai pascapanen. Yang jadi masalah biasanya saat pascapanen. Saat dipetik bagus, tapi handling dan proses seterusnya bikin kualitas pisang kurang bagus. Sunpride bisa bagus karena penanganan pascapanen bagus,” kta Jovian.

Jenis pisang yang sudah dikembangkan ada tiga jenis.Yakni pisang tanduk, rajabuluh, dan ambon. “Kami mencoba mengangkat pisang lokal. Kami juga berencana mengembangkan jenis barangan dan emas. Fokus di lima jenis itu dulu,” tutur Jovian sambil bercerita bahwa di ITB ternyata sudah ada pusat riset khusus pisang, Banana Center, bekerja sama dengan Universitas Udayana, Bali.

Melihat hasil yang diperoleh dan rencana ke depan Jovian, siapa bilang pertanian tak bisa diandalkan secara materi?