Find Us On Social Media :

Oksitosin, Si Hormon Cinta, Ternyata Juga Bantu Turunkan Berat Badan

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 2 April 2019 | 20:30 WIB

Intisari-Onine.com – Sebuah penelitian telah menyelidiki efek oksitosin pada daerah otak yang membantu mengendalikan perilaku makan untuk mengeksplorasi kemungkinan menggunakan hormon ini sebagai pengobatan obesitas.

Oksitosin adalah hormon  yang berperan penting dalam interaksi sosial, kepercayaan, kecemasan, reproduksi seksual, persalinan, dan ikatan antara ibu-bayi.

Oleh karena itu, terkadang orang menyebut oksitosin sebagai ‘hormon cinta’.

Hormon inilah yang meningkatkan kontraksi rahim selama persalinan dan merangsang produksi ASI.

Baca Juga : Oksitosin, Hormon Cinta yang Menyelamatkan Pernikahan dan Menyembuhkan Luka

Kita selalu fokus bahwa oksitosin perannya selama persalinan, padahal ini juga mempengaruhi aspek lain dari fungsi tubuh, termasuk hubungan kita dengan makanan.

Homon ini melemahkan sinyal hadiah otak untuk makanan, dan itu mempengaruhi perilaku makanan serta metabolisme kita.

Menurut penelitian, yang disajikan tim di Endo 2019, pertemuan tahunan Endokrin Society di New Orleans, LA, oksitosin mengubah cara orang dengan obesitas dalam memproses gambar makanan berkalori tinggi.

Tingkat obesitas yang terus meningkat

Baca Juga : Siapa Sangka, Oksitosin Juga Pengaruhi Tingkat Spiritual

Prevalensi obesitas di seluruh dunia hampir tiga kali lipat sejak 1975, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Pada 2016, hampir 2 miliar orang dewasa kelebihan berat badan, lebih dari 650 juta di antaranya memiliki obesitas.

WHO menggunakan indeks massa tubuh (IMT) dalam mendefinisikan kelebihan berat badan dan obesitas pada orang dewasa.

IMT adalah perhitungan yang melibatkan membagi massa tubuh seseorang dengan kuadrat tinggi badan mereka.

Baca Juga : Menyanyi Meningkatkan Kadar Oksitosin dalam Tubuh untuk Turunkan Perasaan Depresi dan Kesepian

Kelebihan berat badan adalah dengan IMT lebih tinggi dari atau sama dengan 25. Sementara obesitas adalah IMT lebih tinggi dari atau sama dengan 30.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) melaporkan bahwa obesitas mempengaruhi sekitar 93,3 juta orang dewasa di Amerika Serikat pada 2015-2016.

Pada akhirnya obesitas memiliki hubungan dengan berbagai kondisi kesehatan, termasuk penyakit jantung, stroke, diabetes tipe 2, dan jenis kanker tertentu.

Oksitosin mungkin merupakan pengobatan obat yang menjanjikan untuk obesitas.

Baca Juga : Hormon Oksitosin Bantu Kerja Otot Tua Seperti Baru

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa semprotan oksitosin, yang belum disetujui pengobatannya di AS, berinteraksi dengan sirkuit otak yang berperan dalam perilaku makan.

Untuk membangun berdasarkan temuan sebelumnya, yang menunjukkan bahwa oksitosin mengurangi aktivasi bagian dari sistem penghargaan otak yang disebut area ventral tegmental (VTA), para peneliti menganalisis bagaimana oksitosin mempengaruhi konektivitas antara VTA dan bagian otak lainnya. Pusat Penelitian Obesitas Nutrisi di Harvard, Pusat Penelitian Obesitas Nutrisi Boston, dan Institut Kesehatan Nasional mendanai studi baru ini. Demikian dilansir dari medical news today.

Para peneliti merekrut 10 pria muda yang kelebihan berat badan atau obesitas tetapi sehat.

Baca Juga : Ayo Kenali Oksitosin, Si Hormon Cinta!

Para peserta melakukan dua kunjungan ke laboratorium penelitian di mana mereka menerima dosis tunggal semprotan oksitosin atau plasebo.

Para peserta tidak mengetahui pengobatan yang mereka terima. Setelah 1 jam, mereka melihat gambar makanan berkalori tinggi, makanan berkalori rendah, dan benda-benda non-makanan sementara mereka menjalani pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI).

Teknik neuroimaging ini mengukur perubahan aliran darah di otak.

Dibandingkan dengan plasebo, oksitosin melemahkan konektivitas fungsional antara VTA dan area otak yang berkaitan dengan motivasi makanan ketika para peserta melihat gambar makanan berkalori tinggi. Tidak ada efek samping yang dilaporkan dari perawatan ini.

Baca Juga : Hormon Cinta Membuat Penderita Autisme Bersosialisasi

Kerem menjelaskan bahwa individu dengan obesitas memiliki "area hadiah otak hiperaktif yang tidak normal" ketika mereka melihat gambar makanan berkalori tinggi, bahkan ketika mereka kenyang.

Fakta ini menjelaskan mengapa kita mungkin dapat menggunakan obat-obatan seperti oksitosin untuk mengobati obesitas.