Find Us On Social Media :

Waspada, Anak Bisa Alami Depresi, Kuncinya Kedekatan dengan Orangtua

By Natalia Mandiriani, Senin, 22 April 2019 | 07:30 WIB

 

Intisari-Online.com - Depresi ternyata tak hanya dialami orang dewasa. Anak-anak bisa pula mengalami depresi belajar.

Beberapa cirinya yakni bila gairah belajar anak menurun, sulit berkonsentrasi, sering sakit, dan sebagainya.

Peran orangtua tentu vital untuk memberi dukungan pada anak dan mengatasinya. Bila perlu, meminta bantuan ahli.

Ajarkan cara berpikir realistis dan optimistis pada anak. Kenali alasan di balik depresi anak, apakah karena nilai di sekolah atau hal lain.

Cara pikir realistis misalnya pemahaman bahwa nilai di sekolah bisa naik atau turun seperti kesehatan, kalau tidak dijaga, bisa turun.

Baca Juga : 10 Tanda Seseorang Punya Kecerdasan Emosional yang Bisa Menjamin Kesuksesannya

Membekali anak dengan kecerdasan emosional (EQ, Emotional Quotient) sejak dini adalah langkah yang baik.

Kecerdasan emosional akan membuat anak tidak memiliki masalah perilaku saat usia dewasa.

Penelitian Carroll Izard, Ph.D. dari University of Delaware di Newark menunjukkan, anak-anak yang sulit memahami perasaan-perasaan mereka dan orang lain, akan rentan terhadap masalah-masalah perilaku dan pembelajaran di usia lebih besar.

Cara mudah untuk mengajarkan kecerdasan emosional misalnya:

Kartu emosi

Kartu buatan sendiri dengan gambar yang menunjukkan ekspresi wajah yang berbeda-beda bisa membantu anak mengenali macam-macam perasaan. Misalnya perasaan marah atau kaget, dan sebagainya. Tanyakan pada anak, kapan ia pernah merasakan hal yang sama.

Baca Juga : Seberapa Baik Selera Humor Anda Sehingga Bisa Tergolong Orang dengan Kecerdasan Emosional yang Tinggi?

Curahan hati

Orangtua harus siap membuka diri bila anak ingin bercerita. Orangtua juga harus mampu berempati terhadap masalahnya.

Jika anak tidak suka bercerita, seringlah bertanya setiap ia pulang sekolah. “Ada apa tadi di sekolah?”, “Kok, cemberut sih?”, dan sebagainya. Namun jangan membuat anak tidak nyaman seperti sedang diinterogasi.

Bila kurang efektif, pancing anak agar bercerita. Misalnya orangtua bercerita tentang pengalaman masa kecilnya di sekolah. Pengalaman baik atau buruk mungkin akan merangsang anak untuk bercerita.

Baca Juga : Curahan Hati Seorang Putri yang Kala Remaja Dijerumuskan Ibunya untuk Diperkosa

Membaca dongeng atau buku bersama

Carilah buku-buku yang fokus pada berbagai jenis perasaan, misalnya Chicken Soup for Kid’s Soul. Pilihlah dongeng yang memberikan pesan moral.

Dari kisah-kisah tersebut, anak akan mengetahui bahwa ada banyak orang yang juga mengalami masalah di sekolah atau di rumah.

Selain itu, taburilah mereka dengan pesan-pesan moral dan nasihat menjalani hidup dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti.

Terlibat dengan organisasi atau kegiatan olahraga

Anak akan belajar bagaimana bekerja sama dengan orang lain dan belajar bagaimana memahami sikap teman-teman yang berbeda dengan dirinya.

Bila memungkinkan, ajak mereka berkemah, ke gunung, hutan, atau pantai untuk melihat matahari terbit dan terbenam.

Hal ini erat juga untuk meningkatkan kecerdasan spiritual anak. Tempat ibadah yang sehat dapat Anda manfaatkan.

Baca Juga : PR Ternyata Berdampak Buruk pada Kesehatan Anak, Haruskah Dilarang?

Puji dan motivasilah anak

Mengajari untuk menerima pujian, kritikan dan motivasi akan melatih anak merespons dengan tepat. Bila mendapat nilai jelek ajak anak mengevaluasi diri lalu beri motivasi bahwa nanti ia bisa mencapai nilai yang baik.

Pujian, asal tidak berlebihan dan sesuai kenyataan akan membantu anak mengenali kelebihan dirinya. Anak perlu mengerti ia memiliki kekurangan dan kelebihan sehingga tidak jadi masalah jika tidak hebat di semua pelajaran.

Anak yang perfeksionis cederung menjadi depresi dibandingkan dengan anak lain.

Beri tahu anak supaya mereka tidak takut berbuat salah dan belajar dari pengalaman orang lain untuk menghadapi hidup.

Baca Juga : Anak Belajar Matematika dan Sains dari Lingkungannya

Artikel ini tayang di Majalah Intisari dengan judul "Atasi Depresi Anak dengan Kecerdasan Emosional" oleh Femi Olivia.