Advertorial
Intisari-Online.com - Tidak sedikit orangtua yang memiliki pola pikir untuk menggantungkan hidupnya di hari tua kelak pada anaknya.
Harris P. Marpaung, konsultan dan pembicara perencana keuangan di Jakarta mengamati adanya kecenderungan tersebut di berbagai daerah.
Ketika ia mengajukan pertanyaan "Jika memiliki uang yang cukup, apakah akan menggunakannya untuk pendidikan anak atau untuk hari tuanya nanti?"
Hampir semuanya menjawab untuk kebutuhan pendidikan anak.
Baca Juga : Kabur dari Panti Jompo, Sepasang Lansia Ditemukan Polisi Sedang Menonton Festival Musik Metal
Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan jawaban tersebut. Toh, itu adalah bagian dari rasa sayang orangtua pada anaknya.
Namun ada alasan yang mungkin kurang tepat yakni ketika orangtua mengatakan, "Nanti kalau saya tua, maka anak saya yang akan merawat saya."
Terkesan orangtua melakukan investasi kepada anak.
"Saya selalu mengatakan, lahir dari keluarga yang sederhana atau miskin adalah berkah. Namun meninggal dalam keadaan miskin, itu adalah buah dari kegagalan diri sendiri karena segala sesuatu itu dapat dipersiapkan," ungap Haris.
Terkait hal itu, panti jompo menjadi alternatif apalagi jika anak tak bisa merawat orangtua di rumah. Tentu harus dipilih yang berkualitas bagus sehingga bisa menjamin kenyamanan orangtua.
Baca Juga : Cinta Ibu Ini Bikin Merinding, Setia Temani Anaknya Hingga Ke Panti Jompo
Menurut Harris, kita sebaiknya tak memaksakan diri untuk merawat orangtua di rumah. Apalagi jika di rumah dan lingkungan tersebut orangtua tidak memiliki teman.
Sebelum membawa ke panti jompo, yang terpenting kita harus memberi penjelasan ke orangtua soal alasan tersebut. Tinggal di panti jompo akan memberi kesempatan orangtua untuk bergaul dengan teman sebayanya.
Perlu diingat, menempatkan orangtua di panti jompo bukan berarti kita tidak ingin mengurus. Terpenting adalah perhatian, karena mengurus tidak didefinisikan dengan sikap mati-matian mengayomi.(nat)
Diadopsi dari artikel Majalah Intisari September 2015 berjudul "Jurus Merawat Orangtua Tanpa Membuat Kantong Bolong" (Penulis: Arnaldi Nasrum).
Baca Juga : Mengenang G30S: Nenek-nenek yang Bertahan di Panti Jompo