Find Us On Social Media :

Viral Fela Lelang Keperawanan, Ini Fakta Mitos Keperawanan, Termasuk Soal Bentuk Selaput Dara Sebenarnya

By Muflika Nur Fuaddah, Jumat, 1 Maret 2019 | 08:00 WIB

Mitos kedua adalah konsekuensi logis dari mitos pertama, yaitu karena selaput dara pecah maka ia menghilang atau berubah selama hubungan seksual pertama.

"Jika itu benar, seseorang akan dengan mudah menentukan apakah seorang perempuan perawan atau tidak dengan memeriksa alat kelamin, dengan melakukan pemeriksaan keperawanan," ujar Ellen.

Padahal, menurutnya, komunitas medis telah mengetahui hal tersebut tidak benar selama lebih dari 100 tahun.

Namun, entah bagaimana, mitos ini terus langgeng bahkan hingga kini.

"Mitos tentang selaput dara telah hidup selama berabad-abad karena memiliki signifikasi budaya. Mereka telah digunakan sebagai alat yang kuat dalam upaya untuk mengendalikan seksualitas perempuan dalam setiap budaya, agama, dan sejarah," kata Nina.

Dia berpendapat, perempuan masih tidak dipercaya, dipermalukan, dilukai, dan dalam kasus terburuk mengalami pembunuhan demi kehormatan jika tidak berdarah pada malam pernikahan.

Baca Juga : 2019 Akan Jadi Tahun Terpanas dalam Sejarah Peradaban Manusia, Bersiaplah Hadapi Dampaknya

Nina juga menyebutkan, di beberapa budaya, untuk mendapatkan pekerjaan, reputasi, dan pernikahan perempuan dipaksa melakukan tes keperawanan.

"Contohnya di Indonesia, di mana perempuan secara sistematis diperiksa untuk bisa masuk militer," kata Ellen.

"Setelah pemberontakan Mesir tahun 2011, sekelompok pemrotes perempuan dipaksa melakukan tes keperawanan oleh militer," sambungnya. Hal ini juga terjadi di Oslo.

Dokter memeriksa selaput dara para gadis hanya untuk meyakinkan orang tua bahwa anak mereka tidak "rusak".

"Sayangnya, para perempuan menjadi takut hidup tidak sesuai dengan mitos ini. Hingga mereka memilih melakukan perbaikan cepat keperawanan untuk memastikan berdarah saat berhubungan seksual," ujar Ellen.

"Itu bisa berupa operasi plastik yang dikenal sebagai revirgination, bisa berupa botol darah yang dituang di seprai setelah berhubungan seks, atau selaput dara palsu lengkap dengan darah bohongan," imbuhnya.

Baca Juga : Kisah Tragis Sarah Baartman, 'Manusia Sirkus' yang Dipertontonkan di Jalanan dalam Sebuah Kandang