Find Us On Social Media :

Salah Kaprah Soal Demensia, Ketahui Fakta yang Sebenarnya!

By Trisna Wulandari, Senin, 25 Februari 2019 | 19:00 WIB

Intisari-Online.com - Demensia merupakan salah satu penyakit patut diwaspadai karena akan menimbulkan sekumpulan gejala yang ditandai dengan penurunan kemampuan otak untuk berpikir, dan berkomunikasi akibat matinya sel-sel otak.

“Kunci ada di mana ya?”

“Sepertinya kenal, tapi siapa ya?”

“Tadi kacamata aku taruh di mana ya?”

Pengalaman lupa seperti ini umum dialami oleh seseorang yang mengalami demensia.

Tetapi jangan salah, tidak semua “lupa” dikategorikan sebagai demensia.

Pada dasarnya, otak manusia memiliki banyak fungsi, seperti fungsi motorik, fungsi sensorik, fungsi perasa, fungsi kongnitif, dll.

Baca Juga : Sering Lupa Meletakkan Barang di Mana? Awas, Itu Adalah 1 dari 10 Gejala Demensia

Nah, yang paling tinggi dari semua fungsi ini adalah fungsi kognitif, yang disebut juga fungsi luhur.

Penurunan fungsi luhur secara progresif inilah yang dinamakan demensia.

Tidak melulu soal memori

Salah kaprahnya, seringkali gangguan fungsi memori langsung dianggap demensia, padahal tidak begitu.

Gangguan fungsi memori jangka pendek memang berkaitan dengan penurunan daya ingat, tetapi penurunan memori jangka panjang mungkin saja terjadi karena gangguan pada saraf tertentu.

Pada jenis gangguan memori, ketika si penderita diingatkan, ia akan mampu mengingatnya kembali.

Baca Juga : Catatan Memilukan yang Ditinggalkan Anak untuk Ibunya yang Menderita Demensia, Cermin Kasih Sayang Luar Biasa

Berbeda dengan pasien demensia, ketika ditanyai pertanyaan berulang, ia tidak bisa memiliki daya ingat yang baik.

Itu sebabnya penderita demensia mengalami perubahan perilaku keseharian. Misal, ia tidak bisa ingat alamat rumah, lupa jalan ke pasar, atau lupa jalan ke kantor.

Lupa akan hal-hal penting ini yang bikin penderita demensia sering tersesat atau bahkan hilang.

Membedakan demensia dan lupa

Dr. Gea Pandhita, M.Kes, Sp.S dari RS Pondok Indah Bintaro Jaya menjelaskan, ada cara untuk membedakan antara lupa karena penurunan daya ingat atau lupa sebagai gejala dimensia.

Baca Juga : Gugun Gondrong Sempat Alami Demensia: Golongan Darah Ini Ternyata Punya Risiko Lebih Besar Terkena Demensia

Apabila kebiasaan lupa yang dialami masih seputar meletakkan barang, atau melupakan nama orang, hal ini dikategorikan sebagai lupa karena penurunan daya ingat.

Akan tetapi, apabila seseorang melupakan sesuatu sampai lupa fungsi benda tersebut, bisa dicurigai sebagai penurunan fungsi luhur yang menandakan demensia.

Contoh, seseorang menyimpan dompet di kulkas, atau menaruh pakaian di lemari buku.

Atau, jika ia tidak mengingat hal esensi dalam aktivitas harian, kondisi ini dapat dikategorikan sebagai pikun atau demensia.

Baca Juga : Penelitian Ungkap Bahwa Menikah Bisa Kurangi Risiko Demensia, Ini Alasannya

Aktivitas sehari-hari terganggu

Kasus kebiasaan lupa hanyalah sebagian kecil dari contoh penurunan fungsi luhur otak.

Sebab, fungsi luhur otak juga mencakup kemampuan untuk memusatkan perhatian, daya ingat, orientasi, bahasa, dan pengambilan keputusan.

Artinya, demensia tidak melulu soal berkurangnya memori saja, tetapi juga aspek lain terkait fungsi luhur.

“Poin pentingnya untuk mengenali demensia adalah penderita demensia pasti mengalami gangguan dalam aktivitas hariannya,” tutur Gea.

Baca Juga : Semua Pelayan di Restoran Ini Alami Demensia, Jadi Jangan Heran Jika Menu yang Dipesan Bisa Sangat ‘Ajaib’

Bisa terjadi mendadak

Kejadian demensia atau pikun umumnya dibagi beberapa kategori, yakni Alzheimer’s disease, vascular dementia, dementia with Lewy bodies, dan frontotemporal dementia.

Paling banyak terjadi adalah jenis Alzheimer, yaitu sekitar 50-75%.

Sedangka vascular dementia di urutan kedua, dengan angka kejadian 20-30%, yang pikunnya disebabkan mendadak akibat stroke, diabetes, dan hipertensi.

Kenali gejalanya

Alzheimer, jenis demensia yang paling umum terjadi, punya beberapa ciri atau gejala umum yang patut kita kenali sejak dini.

Gejala pertama adalah kecenderungan penderitanya untuk sering mengulang pertanyaan dan cerita. Frekuensi lupanya juga sangat tinggi.

Baca Juga : Demensia, Skizofrenia, dan Autisme Terkait dengan Kekurangan Vitamin B12?

Terkadang di tengah pembicaraan, penderita Alzheimer berhenti berbicara karena bingung ingin melanjutkan kalimat namun lupa.

Penderita Alzheimer juga sulit mengambil keputusan, sulit menilai seseorang dengan benar,juga bingung mengatur keuangan karena lupa dan bingung prioritas.

Mereka juga seringkali jadi kehilangan minat pada hobinya,  sulit fokus pada satu aktivitas, dan menarik diri dari sekitar.

Orang yang menderita Alzheimer juga sering kali tidak mengenali jalan atau lokasi ia berada, sulit membaca dan mengukur jarak. (Tika Anggreni Purba)

Artikel ini telah terbit di Majalah Intisari dengan judul "Tambah Usia Bukan Artinya Banyak Lupa"