Find Us On Social Media :

Kisah Makam Serdadu dan Anjing Kesayangannya yang Dibantai Laskar Dipanagara

By Mahandis Yoanata Thamrin, Selasa, 5 Februari 2019 | 12:30 WIB

Pernah mengajar di University of Oxford sebagai Laithwaite Fellow untuk Sejarah Modern di Trinity College, Oxford, Inggris Raya. Kini dia menjadi Adjunct Professor di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia.

“Peristiwa itu merupakan operasi militer yang bodoh sehingga menyebabkan dia tertangkap di hutan dekat Nanggulan dan dibantai dengan seluruh peleton infanterinya,” ungkapnya.

Berdasar isi prasasti di makam Van Ingen, Carey memaparkan, “Dia pergi ke pertempuran bersama anjing Irish red setter-nya yang turut dikuburkan di samping makamnya.”

Kendati demikian, budaya lisan warga Nanggulan meyakini gundukan tanah di samping makam sang kapten itu merupakan makam kuda tunggangannya.

Tampaknya, catatan harian Errembault dan penjelasan Carey telah menyingkap misteri makam Kapten Van Ingen: Meluruskan anggapan bahwa Sang Kapten itu dikebumikan bersebelahan dengan anjing kesayangannya—bukan kuda.

Simak “Kisah Tragis Sang Pangeran dan Gelora Perang Jawa” dalam majalah National Geographic edisi Agustus yang terbit pada 20 Juli 2014—tepat 189 tahun permulaan Perang Jawa.

Untuk pertama kalinya, rupa tulisan tangan Pangeran Dipanagara dan peta pergerakan terakhir laskarnya di Yogyakarta selama Agustus 1829 ditampilkan dalam format majalah.

(Mahandis Yoanata Thamrin)

Artikel ini sudah tayang di nationalgeographic.co.id dengan judul "Makam Serdadu dan Anjing Kesayangannya yang Dibantai Laskar Dipanagara".

Baca Juga : Sejarah Praktik Prostitusi dalam Peradaban Manusia: Dari Prostitusi Kuil Hingga Kamp Penghibur Prajurit yang Berperang