Find Us On Social Media :

GKR Hemas: Pernah Tidak Naik Kelas dan Kisah Pertemuan dengan Calon Sultan yang Sedang Beli Bakmi

By K. Tatik Wardayati, Jumat, 21 Desember 2018 | 17:15 WIB

Ayah saya tentara, R. Soepono Digdosastropranoto. Pangkat terakhirnya, kolonel. Beliau mantan Kepala Perindustrian Angkatan Darat. Sedangkan ibu saya, Rr. Susantilah.

Baca Juga : (Foto) 8 Potret Gaun Pernikahan Putri Kerajaan di Berbagai Belahan Dunia. Ada Putri Keraton Yogyakarta Juga Lho!

Kelaki-lakian

Saya anak ketiga dari tujuh bersaudara. Dan hanya saya sendiri yang perempuan. Mungkin karena itu, masa kecil dan remaja saya lagaknya kelaki-lakian.

Tomboy-lah. Permainan yang  saya gemari waktu kecil tak jauh dari kesukaan bocah laki-laki: layangan, kelereng. atau mobil-mobilan.

Karena selama di Jakarta orangtua saya tinggal di kawasan Kebayoran Baru (Jalan Limau. Red) dan kemudian pindali ke kawasan Cipete, di dua daerah itu pulalah sebagian kepribadian saya terbentuk oleh lingkungan.

Bapak saya menjadi tentara sejak perang melawan Belanda. Dalam suasana itu, Bapak dan Ibu acap berpindah kota.

Baca Juga : Ketika Raffles Menjarah Keraton Yogyakarta

Maka kakak saya yang pertama lahir di Malang. Dan yang kedua lahir di Wates (daerah sebelah barat Yogyakarta, Red).

Ketika keadaan sudah mulai tenang, masa di sekitar kemerdekaan, Bapak pindah ke Jakarta. Di situlah saya lahir, pada Jumat Pon.

Mungkin Bapak dan Ibu senang, karena bayi yang ketiga ini perempuan. Weton (sistem hari penanggalan Jawa, Red) saya kebetulan sama dengan Bapak.

Karena itu, berdasarkan adat, saya untuk sejenak "dibuang". Ini adalah upacara yang cukup sederhana, di mana saya untuk sesaat tidak tinggal di rumah, tapi "dibuang" dan dipungut oleh orang lain.