Find Us On Social Media :

Sulit Digunakan, Ini Peran Avia S-199 dan Pembom B-17 Saat Angkatan Udara Israel Membom Kairo

By Muflika Nur Fuaddah, Sabtu, 8 Desember 2018 | 19:00 WIB

Intisari-Online.com - Avia S-199 adalah pesawat tempur Cekoslovakia yang diproduksi mulai tahun 1947 sebagai pengembangan dari lisensi S99 mereka yang sebelumnya, yang membangun BF109 G's.

Setelah perang Avia terus menghasilkan badan pesawat model G, namun kehabisan pembangkit listrik Daimler-Benz DB 605 yang sebelumnya bersumber dari tangan Jerman dan hilang selama insiden faktor.

Jadi S199 menggunakan mesin Junkers Jumo 211 dan unit baling-baling serta spinner dari HE 111s. Sekitar 500 S199 dibuat pada periode 1947 - 1949.

Namun beberapa digunakan sebagai pelatih, yang ditunjuk CS199.

Baca Juga : Netizen Menangis, Anak yang Selamatkan Ibunya dari Pemerkosa Meninggal Setelah Koma karena Tengkoraknya Hancur

Mereka bertugas dengan angkatan udara Ceko sampai akhirnya pensiun pada tahun 1957 dengan Garda Udara Nasional.

Israel juga mendapatkan 25 airframes (hanya menerima 23) dan melengkapi skuadron tempur pertama mereka pada tahun 1948.

Pertempuran Israel melawan Spitfires pun memperoleh keberhasilan.

Dengan pesawat jenis ini, Israel berhasil menembak jatuh enam pesawat musuh, termasuk dua spitfire Mesir.

Baca Juga : Selama 27 Tahun Mobilnya Diparkir di Lantai Atas, Ternyata Ada Kisah Buruk yang Pernah Dialami Pemiliknya

Akan tetapi, S-199 terbukti tidak efisien dan sulit diterbangkan.

Karena masalah teknis dan sistem yang tidak terpercaya ini, terutama perseneling penyinkron senjatanya, Avia S-199 menjadi lebih berbahaya bagi pilotnya dibanding bagi musuhnya.

Akibatnya, pesawat pemburu  ini tidak lama dioperasikan oleh Angkatan Udara Israel dan dipensiunkan pada Mei 1949.

Baca Juga : Suaminya Miliki Empat Istri Sekaligus, Istri Tertua Bikin Pengakuan yang Mengejutkan!

Misi pemboman ke Mesir juga dilakukan bersama menggunakan pesawat pembom berat B-17.

Awalnya, dalam perjalanan ke Kairo untuk misi pemboman, dari ketiga pesawat B-17, hanya satu yang memiliki sistem oksigen darurat.

Pesawat itu juga satu-satunya yang memiliki alat bidik bom.

Pelepas bom darurat dipasang, bersama dengan sekumpulan instrumen, membuat seluruh proyek itu tidak aman dan tak bisa dipercaya.

Baca Juga : Skuadron 101 Israel: Mengerikan Secara Statistik, Hingga Bikin Mesir Tak Berkutik

Namun, keadaan yang mendesak membuat kehati-hatian disingkirkan.

Kemudian, Kurtz, pilot angkatan udara, memutuskan untuk menerbangkan misi itu sekalipun ada banyak kesulitan.

Setelah mendapat instruksi terakhir penerbangan jarak jauh, ketiga pesawat pembom itu lepas landas.

Berjuang untuk membawa pesawat-pesawat mereka yang terus terguncang melewati badai di angkasa, para pilot yang kelelahan itu akhirnya tiba di atas langit cerah di atas Laut Tengah.

Baca Juga : Foto Wanita Muslim Gandeng Bocah Yahudi? Bukan! Fakta di Baliknya Sungguh Mengejutkan

Ketika pesawat pembomnya menanjak mantap ke jalur penerbangan komersial yang menuju Mesir, beberapa masalah menimpa Kurtz.

Pada ketinggian 7.500 meter, navigatornya tiba-tiba jatuh tidak sadarkan diri di meja tabelnya.

Awak lain kemudian juga muntah-muntah.

Mulai merasa mual sendiri, Kurtz menyadari bahwa tekanan dan konsentrasi dari oksigen yang dilas kelihatannya tidak memadai.

Baca Juga : Disegani di Dunia, Angkatan Udara Israel Awalnya Compang-camping dan Menyedihkan

Ia kemudian menurunkan pesawatnya hingga ketinggian 4.500 meter sampai semua awak pulih kembali.

Terbang langsung ke arah tarmak yang sudah sering didaratinya, Kurtz berusaha menjaga kestabilan.

Dalam perjalanan pulang, Kurtz menjatuhkan sisa bomnya di atas Istana Abadin.

Sekalipun 2,5 ton bom berdaya ledak tinggi dijatuhkan di Kairo.

Baca Juga : Trump Pastikan AS Tidak akan Angkat Kaki dari Timur Tengah Demi Lingdungi Israel

Kerusakan fisik yang ditimbulkannya tidak besar, namun akibat psikologisnya sangat mengejutkan pertahanan Mesir, dan tekanan publik memaksa tentara untuk menempatkan lebih banyak kekuatan tempurnya guna mempertahankan ibu kota Mesir itu.

Sementara bom berjatuhan, Pilot Kurtz merasakan sesuatu gerakan yang tajam ketika pesawat pembom menjadi ringan dan tiba-tiba menjadi cepat.

Menurunkan moncong pesawat, ia membawanya ke Israel untuk mendarat di lapangan terbang Ekron.

Pada hari itu juga, pada 14 Juli, Chel Ha'vir, Angkatan Udara Israel, mendapatkan sebuah bala bantuan besar ketika ketiga pesawat pembom B-17 Fortress mendarat.

Baca Juga : Deklarasi Balfour sebagai Upaya Inggris Merebut Hati Amerika dengan ‘Menjual’ Palestina kepada Bangsa Yahudi