Find Us On Social Media :

Sulit Digunakan, Ini Peran Avia S-199 dan Pembom B-17 Saat Angkatan Udara Israel Membom Kairo

By Muflika Nur Fuaddah, Sabtu, 8 Desember 2018 | 19:00 WIB

Ketika pesawat pembomnya menanjak mantap ke jalur penerbangan komersial yang menuju Mesir, beberapa masalah menimpa Kurtz.

Pada ketinggian 7.500 meter, navigatornya tiba-tiba jatuh tidak sadarkan diri di meja tabelnya.

Awak lain kemudian juga muntah-muntah.

Mulai merasa mual sendiri, Kurtz menyadari bahwa tekanan dan konsentrasi dari oksigen yang dilas kelihatannya tidak memadai.

Baca Juga : Disegani di Dunia, Angkatan Udara Israel Awalnya Compang-camping dan Menyedihkan

Ia kemudian menurunkan pesawatnya hingga ketinggian 4.500 meter sampai semua awak pulih kembali.

Terbang langsung ke arah tarmak yang sudah sering didaratinya, Kurtz berusaha menjaga kestabilan.

Dalam perjalanan pulang, Kurtz menjatuhkan sisa bomnya di atas Istana Abadin.

Sekalipun 2,5 ton bom berdaya ledak tinggi dijatuhkan di Kairo.

Baca Juga : Trump Pastikan AS Tidak akan Angkat Kaki dari Timur Tengah Demi Lingdungi Israel

Kerusakan fisik yang ditimbulkannya tidak besar, namun akibat psikologisnya sangat mengejutkan pertahanan Mesir, dan tekanan publik memaksa tentara untuk menempatkan lebih banyak kekuatan tempurnya guna mempertahankan ibu kota Mesir itu.

Sementara bom berjatuhan, Pilot Kurtz merasakan sesuatu gerakan yang tajam ketika pesawat pembom menjadi ringan dan tiba-tiba menjadi cepat.

Menurunkan moncong pesawat, ia membawanya ke Israel untuk mendarat di lapangan terbang Ekron.

Pada hari itu juga, pada 14 Juli, Chel Ha'vir, Angkatan Udara Israel, mendapatkan sebuah bala bantuan besar ketika ketiga pesawat pembom B-17 Fortress mendarat.

Baca Juga : Deklarasi Balfour sebagai Upaya Inggris Merebut Hati Amerika dengan ‘Menjual’ Palestina kepada Bangsa Yahudi