Unik, Rudal Balistik Berhulu Ledak Ganda Ternyata Tidak Hanya Miliki Akurasi Sangat Tinggi, Tapi Juga Bisa Menipu

Mentari DP

Penulis

Namun pada era 70-an, memang muncul tren baru berupa rudal balistik berhulu ledak ganda (multi warhead).

Intisari-Online.com - Pasca PD II senjata nuklir tak hanya sebatas bom yang dijatuhkan dari perut pesawat seperti yang pernah dijatuhkan AS di Hiroshima dan Nagasaki Jepang.

Dengan bantuan roket, senjata pamungkas itu bisa menghantam target tanpa perlu menebar risiko jatuhnya korban dari pihak kawan.

Pasalnya ledakan bom atom (nuklir) yang dijatuhkan dari pesawat ternyata sangat membahayakan pesawat pengangkut bom itu sendiri dan juga para pesawat pengiringnya (escort plane).

Sementara wahana pengangkut bom nuklir juga tak sebatas pesawat saja. Melainkan bisa juga menggunakan kapal selam yang notabene sulit terdeteksi kehadirannya.

(Baca juga:Inilah Rudal Nuklir ‘Setan 2’, Rudal Balistik Rusia yang Bisa Melenyapkan Seluruh Dunia Hanya Dengan Satu Serangan)

(Baca juga:'Dipertemukan' oleh Serangan Rudal AS di Irak Saat Masih Kecil, Kisah Persahabatan 2 Orang Ini Sungguh Mengagumkan)

Membawa bom menggunakan wahana yang bisa meluncur telah dirintis oleh militer Nazi Jerman yang getol mengembangkan bom terbang V1/V2.

Berkat inovasi Nazi dalam pengembangan teknologi peroketan itu, membuat baik Sekutu maupun Rusia (Uni Soviet) tak perlu repot-repot lagi memulainya dari awal ketika membuat rudal.

Khususnya ketika dua negara itu terlibat persiangan ketat dalam upaya memprodruksi rudal balistik berhulu ledak nuklir ganda.

Pasalnya antara era 50 hingga 60-an, rudal jelajah umumnya hanya mengusung satu hulu ledak saja.

Namun pada era 70-an, memang muncul tren baru berupa rudal balistik berhulu ledak ganda(multi warhead).

Terobosan ini dikenal dengan nama MIRV (Multiple Independently-targetable Re-entry Vechile).

Ada keuntungan yang bisa didapat dari sistem ini. Dengan sekali lontar maka beberapa target lawan yang lokasinya terppisah-pisah bisa langsung dihancurkan.

Atau bila sasaran masuk katagori “sangat penting” serta punya wilayah luas, maka sistem ini bisa dipakai menghujani satu target berulang-ulang.

(Baca juga:Meski Dikenal Sangat Jahat dan Brutal, Nazi adalah Pencetus Cikal Bakal Rudal Balistik yang Menghebohkan Dunia Itu)

Kemampuan tambahan juga didapat saat berhadapan dengan rudal antirudal balistik (ABM-Anti Ballistic Missile) lawan.

Sistem MIRV bisa menipu atau paling tidak merepotkan operator ABM.

Militer AS sendiri mulai mengoperasikan rudal balistik berhulu ledak multi sejak tahun 1970. Sementara Uni Soviet baru mengikutinya empat tahun kemudian.

Untuk menuju sasaran rudal jelajah dilengkapi piranti penuntun AIRS (Advanced Inertial References Sphere) yang berfungsi menekan kesalahan lintasan terbang.

Selanjutnya perangkat penuntun dikombinasikan dengan hulu ledak berkapasitas 150 hingga 300 kiloton.

Untuk mesin pendorong rudal jelajah tidak hanya mengandalkan roket sebagai sumber tenaga tapi bisa juga menggunakan mesin jet.

Sementara untuk meningkatkan akurasi menghantam targetnya, rudal jelajah mengandalkan data dari satelit yang notabene selalu bisa di -upgrade setiap saat.

Kelebihan lain, hulu ledak rudal jelajah nuklir bisa diganti dengan hulu ledak konvensional (amunition cluster).

(Baca juga:(Video) Canggih! Rusia Berhasil Meluncurkan Sistem Anti-rudal Baru, Seperti Apa Keistimewaannya?)

Artikel Terkait