Find Us On Social Media :

Tidak Mampu Lawan Taktik Perang Gerilya ala Indonesia di Vietnam, Militer AS Pun Menuai Tragedi Paling Memilukan dalam Sejarah

By Moh Habib Asyhad, Jumat, 9 Maret 2018 | 12:15 WIB

Proses evakuasi yang berlangsung secara tergesa-gesa itu sendiri mencerminkan pemerintah AS yang tak mampu memprediksi pergerakan pasukan Vietnam Utara.

Banyak sekali orang yang seharusnya bisa diterbangkan menuju kapal trasnportasi AS, gagal diangkut dan akhirnya menjadi tawanan.

(Baca juga: Perang Teluk, saat Tentara Amerika Menjadi Kaya karena Dimanjakan oleh ‘Perang’ Sponsor)

Pemandangan seorang anak atau bayi yang diserahkan kepada orang yang berada di pesawat atau kapal tetapi terpisah dari kedua orang tuanya terjadi di mana-mana.

Peristiwa seperti itu pun berlagsung di kedubes AS, lokasi yang seharusnya paling aman untuk melaksanakan proses evakuasi.

Evakuasi di Kedubes AS baru berakhir setelah 10 pasukan marinir yang bertugas di kedubes berhasil dievakuasi.

Sementara itu, bersamaan dengan kedubes AS yang sudah kosong (30 april 1975) tank-tank T-54 NVA mulai melaju ke pusat kota dan menuju lokasi gedung Istana Presiden Vietnam Selatan.

Presiden Minh hanya bisa berdiri mematung menyaksikan sendiri gerakan tank-tank VNA dari balik jendela.

Klimaks gerakan tank-tank NVA adalah ketika berhasil mendobrak pagar pintu gerbang istana dan komandan pasukan tank kemudian memerintahkan seluruh pasukan ARVN yang masih tersisa untuk menyerah.

Jatuhnya Saigon dan menyerahnya pasukan ARVN tanpa syarat akhirnya menyudahi Perang Vietnam yang telah memakan korban jutaan nyawa itu.

Jatuhnya Saigon juga merupakan kemenangan mutlak bagi kubu komunis yang dari awal perjuangannya memang bercita-cita menjadikan negara satu Vietnam di bawah ideologi komunis.

(Baca juga: (Foto) Perkenalkan Dog, Kucing Menggemaskan 'Penjual Ikan' di Pasar Lokal Vietnam)

Selain itu, secara politik dan militer AS telah dikalahkan dalam Perang Vietnam yang telah meminta korban lebih dari 60 ribu prajurit-prajurit muda AS.

Perang Vietnam sekaligus membuktikan bahwa teknologi dan persenjataan modern masih bisa dilawan dengan taktik perang gerilya yang terorganisir ala pasukan gerilya RI dan terus memelihara semangat juang yang tinggi.