Find Us On Social Media :

Tidak Mampu Lawan Taktik Perang Gerilya ala Indonesia di Vietnam, Militer AS Pun Menuai Tragedi Paling Memilukan dalam Sejarah

By Moh Habib Asyhad, Jumat, 9 Maret 2018 | 12:15 WIB

Intisari-Online.com - Tepatnya tanggal 23 April 1975, pasukan Vietnam Utara (North Vietnam Army/NVA) dan gerilyawan Viet Cong yang tidak bisa dibendung oleh pasukan Vietnam Selatan (Army of The Republic of Vietnam/ARVN) memasuki pusat Saigon.

Sekitar 30 ribu tentara ARVN yang masih berada di dalam kota karena tak memiliki pimpinan dan komando yang jelas hanya bisa kebingungan.

Ketika tank-tank NVA mulai menembak, kepanikan dan situasi kaos segera menyergap pusat kota tersebut.

Pangkalan udara Tan Son Nhut dan kedutaan besar AS dipenuhi oleh warga AS dan Vietnam keturunan AS yang sedang terburu-buru untuk dievakuasi.

Sejumlah helikopter yang penuh sesak oleh warga berseliweran di udara untuk kemudian terbang tergesa-gesa menuju kapal transportasi yang menunggu di pelabuhan.

(Baca juga: Viet Cong Terapkan Taktik Perang Gerilya dan Taktik Serangan Umum, Pasukan AS pun Lari Tunggang Langgang)

Situasi genting makin menjadi-jadi saat peluru meriam NVA berjatuhan di pangkalan udara Tan Son Nhut dan menewaskan dua anggota marinir AS.

Situasi di kedubes AS sendiri tak kalah genting. Ribuan orang berjubel dan berusaha keras memasuki helikopter Huey yang hanya bisa mendarat di atap bangunan.

Sama-sama berjuang untuk memasuki helikopter, mereka yang punya kartu pas dan yang tidak berkerumun seperti ribuan semut yang kebingungan.

Puluhan orang berusaha menaiki dinding atau melompati pagar dalam upaya mendekati helikopter yang sudah penuh sesak oleh puluhan orang yang panik.

Orang-orang yang beruntung naik ke heli kemudian diterbangkan menuju Laut China Selatan, tempat kapal-kapal AS, baik trasnportasi maupun perang, berlabuh dalam kondisi mesin menyala serta siap kabur menuju AS.

Ketika mendarat di kapal, sejumlah helikopter yang penuh orang itu, yang satu unitnya berharga 250 ribu dolar AS, ramai-ramai didorong ke Laut China Selatan.

Hal ini dilakukan agara terdapat ruang di geladak yang bisa didarati helikopter berikutnya.