Find Us On Social Media :

Senjata Biologi dan Kimia, Senjata Mengerikan yang Tak Kalah Mematikan dari Bom Atom

By Ade Sulaeman, Rabu, 7 Maret 2018 | 13:45 WIB

Kini tentang perang kuman, dalam tahun-tahun lima puluhan, yaitu pada saat Perang Korea, mulailah terbetik berita-berita A.S. membuka front baru dalam taktiknya: perang kuman. Dunia menjadi gempar dengan adanya perang yang mengerikan serta biadab itu.

Senjata-senjata dalam perang kuman meliputi bakteri yang dapat mengakibatkan manusia menderita penyakit-penyakti disentri, demam, kolera, difteri, radang paru-paru, dan lain sebagainya.

Pendek kata senjata itu berupa kuman-kuman terutama yang dapat menular dan yang paling ganas menyerangnya.

Senjata-senjata semacam itu dibuat serupa bubuk yang dapat disemprotkan dalam aliran angin. Atau dapat juga dibawa dalam kapsul-kapsul peluru yang teristimewa dibuat untuk maksud-maksud itu.

Banyak pula yang disebarkan lewat aliran air sungai yang biasa dipakai untuk mandi dan membuat minuman.

Binatang-binatang yang telah ditulari dengan kuman-kuman itu dijatuhkan dengan payung udara atau dibawa dengan balon jauh masuk ke dalam daerah musuh.

Banyak cara-cara yang dipakai untuk menyebarkan maut di daerah musuh.

Jika dalam perang kimia itu gas beracun cepat hilang di udara seperti korban-korbannya yang diduga mati secara cepat, maka tidak demikian dengan kuman-kuman yang tidak terlihat dengan mata telanjang, tak tercium, terasa, ataupun dapat diraba.

Korban-korban perang kuman mati secara perlahan-lahan sedangkan kuman-kumannya memiliki waktu hidup yang relatif lebih lama.

Beberapa jenis kuman dapat tinggal hidup dan tetap kuat selama bertahun-tahun.

Korban yang mati secara perlahan-lahan lebih mengerikan daripada  yang mati secara mendadak.

Maka tak heran lagi jika perang semacam itu ditentang habis-habisan di mana-mana di seluruh dunia ini, meskipun hal itu sudah merupakan suatu kenyataan yang betul-betul ada dalam bidang kemiliteran.

Kami harus belajar untuk hidup berdampingan dan menjaga agar senjata-senjata semacam itu jangan sampai dipergunakan demi kelangsungan peradaban manusia.

(Ditulis oleh: Auw Liong Djwan. Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Januari 1967)

(Baca juga: Di Perang Vietnam, AS Tak Hanya Kehilangan 60 Ribu Pasukan tapi Juga Harus Membuang Puluhan Helikopter ke Lautan)