Find Us On Social Media :

Senjata Biologi dan Kimia, Senjata Mengerikan yang Tak Kalah Mematikan dari Bom Atom

By Ade Sulaeman, Rabu, 7 Maret 2018 | 13:45 WIB

Intisari-Online.com – Tentara Sekutu yang menyerbu ke Jerman pada perang Dunia II yang lalu, menemukan sesuatu yang sangat mengerikan bagi umat manusia beradab.

Jika saja mereka telah mengetahuinya terlebih dulu, maka dapatlah dipastikan bahwa rencana penyerbuan tersebut akan diubah.

Mereka menemukan gas-gas maut jenis baru dalam jumlah ton-tonan tersimpan dalam gudang-gudang gas racun yang tak berwarna ataupun berbau itu disebut Tabun Gas itu menyerang susunan saraf manusia melalui paru-paru atau mata, dan menyebabkan kematian  dalam waktu satu sampai lima menit.

Jika paru-paru dan mata terlindung, butiran-butiran cair dari pada Tabun itu akan menorobos dengan cepat melalui pakaian serta dihisap oleh kulit dan mengakibatkan maut dalam waktu 10 menit sampai 2 jam.

(Baca juga: Yang Konyol-Konyol di Perang Dunia II: Nazi Gelar Pesawat Palsu dari Kayu dan Sekutu Mengebomnya Dengan Bom Kayu)

Sejauh yang diketahui belum ada obat penawar yang efektif untuk gas itu. Hitler telah merencanakan untuk menggunakan senjata baru yang mengerikan ini secara besar-besaranan agar dengan begitu penyerbuan Sekutu dapat tercegah.

Mengapa senjata itu tetap tidak digunakan ketika Sekutu menyerbu Jerman?

Hal ini disebabkan karena kegagalan dinas intelijen Jerman yang tidak mengetahui bahwa Sekutu tidak memiliki senjata yang sebanding dengan itu.

Demikianlah maka sampai Sekutu menyerbu  ke daratan Eropa, gas Tabun yang berton-ton  itu tetap tak tersinggung.

Jika di Indonesia dikenal bidang NUBIKA (Nuklir-biologi- kimia) sebagai senjata penghancur massal, maka di  Amerika Serikat dikenal sebagai CBW (Chemical and biological weaponry = persenjataan biologi kimia).

"Semua senjata-senjata,  termasuk  peluru-peluru kendali antar-benua, kapal-selam nuklir dan senjata-senjata lain yang telah ada dewasa ini, akan dipergunakan dalam konflik bersenjata yang timbul. Inilah logika perang, logika perjuangan,” demikian kata seorang pemimpin Sovyet dalam tahun 1957.

Dalam perang yang akan datang bisa jadi akan digunakan senjata penghancur yang mengerikan itu di samping senjata-senjata nuklir.