Find Us On Social Media :

Tiru Taktik Bertempur Gerilya Pejuang Indonesia di Perang Kemerdekaan, Viet Cong Sukses Bikin Babak Belur Pasukan AS

By Moh Habib Asyhad, Selasa, 27 Februari 2018 | 18:00 WIB

Intisari-Online.com - Viet Cong yang sangat populer dalam Perang Vietnam (1955-1975) merupakan pasukan pasukan bentukan Vietnam Utara. Mereka berjuang untuk menguasai Vietnam Selatan.

Viet Cong bermarkas di perbatasan Kamboja dan dipersenjatai dengan kelengkapan yang baik. Mereka juga sangat terlatih dan punya semangat tinggi.

Pasukan ini menjadi tumpuan bagi Vietnam Utara untuk menyerbu Vietnam Selatan yang dibeking Amerika Serikat.

Tidak salah bila pemimpin Viet Cong, Ho Chi Minh, sangat mengharapkan keberhasilan pasukan ini untuk beroperasi merebut kemenangan.

Pasukan yang dikonsep untuk perang darat berlanjut ini sangat memanfaatkan kondisi wilayah dan dikenal dalam area tugasnya.

(Baca juga: Petaka Militer AS di Perang Vietnam: dari Duel Satu Lawan Satu Menggunakan Bayonet hingga Dibuat Stres Viet Cong yang Bertempur dari Bawah Tanah)

Terbagi dalam beberapa satuan dalam satu wilayah, memungkinkan mengembangkan tugas dalam area yang dipercayakan.

Selain dilengkapi dengan peralatan yang baik, dan mempunyai seragam yang pasti, pasukan ini mampu bertempur dalam wilayah yang luas.

Bila salah satu wilayah memerlukan bantuan maka akan dikirim unit-unit kecil guna membantu wilayah yang memerlukan.

Namun bila salah satu wilayah ini menerima gempuran dari musuh, maka pasukan akan terbagi dalam unit kecil.

Terakhir mereka akan melebur dalam kehidupan rakyat dan menjadi petani biasa layaknya rakyat Selatan yang mayoritas adalah petani.

Konsep ini mengingatkan kita terhadap perang rakyat semesta yang dikembangkan TNI pascaproklamasi.

Menjadi satu dan melebur dengan rakyat adalah konsep gerilyawan Indonesia dalam menghadapi musuh.

Model inilah yang diterapkan Ho Chi Minh dalam menjalankan taktik perang gerilya.

(Baca juga: Bukan dari Daratan, Perang Vietnam yang Membuat Militer AS Hancur Lebur Ternyata Dipicu dari Lautan)

Ho Chi Minh yang sering dipanggil Paman Ho pernah datang ke Indonesia pada tahun 1960-an.

Dia sangat kagum kepada perjuangan rakyat Indonesia dalam melawan penjajah dan dapat merdeka karena kekuatan sendiri.

Dari situlah terinspirasi perlawan gerilya yang memanfaatkan rakyat sebagai kekuatan utama, ibaratnya ikan dengan airnya.

Vietnam ingin mengadopsi falsafah ini dan menerapkan perjuangan pembebasan menjadi negara berdaulat.

Namun kekuatan asing yang membantu Selatan memaksa Paman Ho menerapkan taktik gerilya ala Indonesia.

Dengan memanfaatkan kesamaan medan dan masyarakat, dalam hal ini sama-sama negara tropis berbasis penduduk yang agraris konsep perang gerilya pun dilaksanakan.

Paman Ho berkeyakinan pemanfaatan logistik wilayah dan dukungan rakyat akan lebih andal.

(Baca juga: Akhirnya Terkuak Misteri Kapal 'Hantu' Penuh Mayat dari Korea Utara yang Terdampar di Jepang!)

Dibandingkan musuh yang masih tergantung akan dukungan logistik dari garis belakang dan pasukan lawan yang tidak mengenal medan.

Awalnya mereka dibentuk dari masyarakat Selatan yang antipemerintahan.

Kepercayaan merekrut ini dilakukan oleh pasukan yang telah terlatih sehingga terbentuk kantong-kantong perjuangan.

Dari sinilah tercipta kondisi yang bisa dimanfaatkan lebih lanjut, sehingga terbentuk kelompok pasukan setingkat peleton di berbagai daerah.

Peleton-peleton ini bergabung menjadi kompi, lebih besar lagi adalah brigade yang menguasai satu wilayah perjuangan.

Pada pertengahan 1960 pasukan Viet Cong ini telah dilengkapi dengan persenjataan AK-47 buatan China.

Senjata adopsi Rusia ini sangat andal dan terkenal bandel di medan laga hutan Vietnam.

(Baca juga: 8 Trik dari Orang Cerdas Untuk Hadapi Orang yang Tidak Disukainya, Nomor 3 Sangat Penting!)

Pasukan yang telah terlatih dan solid ini juga melengkapi diri dengan senjata berat bantuan dari China dan Rusia guna melawan helikopter Amerika.

Dengan persenjataan ini Viet Cong bukan hanya menjadi pasukan defensif saja tetapi malah sudah menjadi pasukan ofensif dan mengancam kedudukan pasukan Amerika.

Untuk menyerang kedudukan pasukan Amerika, Viet Cong juga menggunakan senjata berat sekelas roket propelan dan juga STTB (Senjata Tanpa Tolak Balik).

Senjata yang dapat diurai dengan mudah ini sangat efektif dan mempunyai mobilitas tinggi.

Kemampuan ini yang sangat sulit diprediksi pasukan Amerika, karena sekonyong-konyong Viet Cong dapat menggempur dengan dahsyat hanya dalam persiapan semalam.

Beberapa senjata primitif semisal jebakan (booby trap) dan ranjau adalah buatan rakyat pedesaan.

Sedangkan serbuk amunisi diambil dari bom udara Amerika yang tidak meledak.

(Baca juga: Pertempuran Amerika-Vietnam di La Drang Membuktikan, Taktik Gerilya ala Jenderal Soedirman yang Diterapkan Keduanya Sangat Ampuh)

Dari perkiraan intelijen Barat disinyalir, Viet Cong dapat memanfaatkan 20 ribu ton amunisi untuk senjata rakitan dan juga ranjau selama perang berlangsung.

Meskipun daur ulang serbuk amunisi ini sangat berbahaya dan sering jatuh korban di pihak rakyat, namun korban tentara Amerika lebih banyak lagi.

Viet Cong menerapkan peperangan yang sangat sederhana yaitu tidak perlu mematikan musuh, tetapi melukai saja.

Selain lebih murah dan cepat tetapi efeknya akan lebih parah dari musuh.

Dengan melukai musuh setidaknya tiga pasukan menjadi un-operational yaitu korban dan dua teman yang membawanya dengan tandu.

Bila mematikan musuh maka musuh hanya kekurangan satu pasukan.

Kalkulasi yang sangat efektif dan dapat menurunkan moril serta membuat frustasi pasukan musuh, yang pada akhirnya membuat pasukan AS dan Vietnam Selatan makin babak belur.

(Baca juga: 10 Kebiasaan Sepele Tapi Bisa Sebabkan Gagal Ginjal, Mana yang Sering Anda Lakukan?)