Find Us On Social Media :

Banyak Orang dengan Latar Pendidikan Tinggi Masih Lebih Percaya Voodoo untuk Selesaikan Masalah Kompleks

By Ade Sulaeman, Rabu, 21 Februari 2018 | 10:15 WIB

Mereka dibawa ke Haiti untuk dipekerjakan di perkebunan gula. Di tanah baru, kepercayaan mereka tak pernah luntur, meskipun bercampur dengan kepercayaan lain.

Kepercayaan akan voodoo telah berurat berakar. Walaupun seseorang telah mengenyam pendidikan setinggi apa pun, ia masih percaya bahwa ada satu kekuatan supranatural.

Soalnya, dari-kecil, mereka telah dijejali berbagai cerita seram yang tanpa sadar terus dibawa sampai besar.

Ada kepercayaan tak boleh membasahi rambut mereka, lebih-lebih basah oleh embun, karena air adalah media yang dapat mengundang para roh jahat; dan airlah sarana yang tak pernah lepas dalam upacara.

Apabila "malam tiba, kanak-kanak tak boleh berkeliaran di jalan, seluruh pintu dan jendela rumah pun harus terkunci.  Soalnya, ada roh yang suka meminum darah kanak-kanak. Bentuknya seperti kembang api jika dilihat pada malam hari.

Maka tak heran kalau sampai ada upacara voodoo gabungan, antara dukun dari Haiti dan Brasil, yang pernah terjadi di tahun 1993. Mereka berkumpul di Ouidah, Togo, Afrika Barat.

Persembahannya berupa seekor kambing. Dengan pisau tajam yang diasah di ujung mata panah, binatang kurban disembelih. Darahnya yang mengalir ditampung di semacam bokor.

Sehelai daun dicelupkan ke bokor. Sang dukun, pun menciprat-cipratkannya ke altar. Binatang kurban dihadapkan ke empat penjuru mata angin, sementara para peserta upacara menggumamkan doa.

Seorang wanita memanggul kambing yang sudah terkulai itu dan menggigit lehernya sambil menari berputar-putar. Semua yang ada di situ seperti mengikutinya.

Mereka semua seperti melakukan perjalanan ke "dunia lain", dunia para roh.  Suara gendang pun terdengar begitu dukun pemimpin upacara memberi isyarat.

Upacara baru berhenti ketika seorang bertopeng mengusir roh-roh jahat dan mengembalikan suasana menjadi harmonis kembali. Kambing  kurban telah membawa semua keburukan dan kekuatan jahat.

Semua pengikut upacara, lelaki, perempuan, dan anak-anak, berteriak gemblra. Mereka lega dan bersyukur, terbebas dari keburukan.

Bagi warga Afrika yang dibawa sebagai budak dari kampung halamannya seperti orang-orang di Haiti, voodoo selain patut diperhitungkan, juga merupakan pegangan, lebih-lebih di kala mereka harus menghadapi berbagai upacara kesengsaraan. Voodoo-lah penguat batin.

Mereka percaya, jika meninggal  dalam kepercayaan teguh pada voodoo, arwah mereka akan kembali ke kampung halaman di Afrika atau meneruskan perjalanan ke dunia yang berikutnya.

(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi November 1996)

(Baca juga: Betapa Terkejutnya Bocah Ini ketika Tahu Lukisan yang Ia Beli Seharga Rp26 Ribu Ternyata Karya Pelukis Terkenal)