Find Us On Social Media :

Banyak Orang dengan Latar Pendidikan Tinggi Masih Lebih Percaya Voodoo untuk Selesaikan Masalah Kompleks

By Ade Sulaeman, Rabu, 21 Februari 2018 | 10:15 WIB

Sekonyong-konyong seorang anak kecil dengan terengah-engah masuk ke hadapan houngan sambil menunjuk ke luar, "Damballah!" Kontan semua berhamburan ke luar mencari Damballah.

(Baca juga: Bikin Ngakak! Editan Photoshop Terhadap Pasangan Ini Sungguh Kelewat Batas!)

Di sebuah gang sempit, orang berkerumun. Seorang wanita berumur 40-an tergeletak di jalan. Tubuhnya ditutupi seprai putih. Matanya tertutup, tetapi lidahnya menjulur-julur seperti ular.

Wanita itu pun diangkat beramai-ramai ke kuil. Seprai pun dibuka dan ia pun meliuk-liuk, melata di tanah seperti ular. Damballah yang dinanti-nantikan telah datang!

Seluruh ruangan penuh asap dupa dan gendang pun makin keras dipukul. Para wanita berpakaian dan berikat kepala putih-putih menari mengikuti gerakan jelmaan Damballah.

Houngan komat-kamit membaca mantra. Di tangan kanan ia memegang sebotol rum, sementara tangan kirinya memegang tongkat berukiran ular.

Kelak jika wanita tadi sadar, ia hanya merasa amat lelah. Ia tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya selama menjadi Damballah. Upacara voodoo umumnya berlangsung pada hari Sabtu, bisa dari sore hingga pukul 01.00.

Perjalanan ke "dunia lain"

Ritual di atas adalah bagian dari upacara voodoo yang dilakukan oleh rakyat Haiti.

Kalau mendengar kata itu, yang ada dalam benak adalah gambaran mayat yang bisa jalan, boneka lilin yang penuh ditusuki jarum, dan upacara seram di tengah malam nun jauh di pedalaman Haiti yang rimbun.

Kata voodoo sendiri berasal dari bahasa Fon di Afrika Barat, vodun yang artinya roh, dewa, makhluk suci. Sebagian besar penduduk Haiti memang berasal dari Afrika Barat.