Find Us On Social Media :

Banyak Orang dengan Latar Pendidikan Tinggi Masih Lebih Percaya Voodoo untuk Selesaikan Masalah Kompleks

By Ade Sulaeman, Rabu, 21 Februari 2018 | 10:15 WIB

Intisari-Online.com – Tabuhan gendang mengiringi tarian yang membuat peserta upacara voodoo kesurupan. Itu bukan rekaan untuk komoditi tontonan.

Upacara ritual rakyat Haiti, terutama imigran asal Afrika, kini berkembang jadi katup pengaman situasi sosial-ekonomi bagi rakyat kebanyakan, sebaliknya acap disalahgunakan sebagai alat legitimasi penguasa untuk mempertahankan kekuasaannya.

Inilah yang digambarkan oleh Ratih Hardjono yang berkunjung ke sana pada tahun 1991 dan 1994.

“Erzuli pulang, pulanglah! Kami tak ingin jumpa hari ini. Kami ingin jumpa Damballah, sang penguasa, untuk minta petunjuk," seru para wanita berbaju dan berikat kepala putih.

(Baca juga: Wanita Ini Usir Anak dan Menantunya yang Baru Menikah, Tapi Malah Disebut Mertua Idaman. Kok, Bisa?)

Dengan iringan suara gendang berbagai ukuran, mereka menari mengelilingi sebuah tiang yang berukir ular.

Suara gendang makin lama makin keras dan ritmenya makin cepat. Para wanita pun bergoyang makin hebat menuruti irama. Tiba-tiba seorang wanita berhenti menari.

Kepalanya tertunduk selama beberapa saat, lalu ia mengangkat wajah, bibirnya tersenyum, tetapi matanya terbalik. Hanya bagian putihnya yang terlihat.

Tubuhnya melemas, kontras dengan dinamika irama gendang. Ia mengangkat telunjuknya, seolah-olah berpantomim seperti seorang ratu ayu yang sakti.

Namun para wanita yang lain tetap menari sambil berseru dalam bahasa Creole, "Kembalilah Erzuli! Kembali!" Setengah jam kemudian wanita tadi kembali menari. Roh Erzuli yang merasukinya telah pergi.

Beberapa wanita lain jongkok di tanah. Di hadapan mereka ada anglo dengan arang membara. Sementara houngan atau dukun pria (kalau wanita disebut mambo) membacakan mantra.

Para wanita mengangkat gelas berisi darah ayam campur arak. Mereka pun meminumnya!