Find Us On Social Media :

Suku Boti, Suku yang Suka ‘Memanggang’ Ibu yang Baru Selesai Bersalin

By Ade Sulaeman, Minggu, 11 Februari 2018 | 19:00 WIB

Dalam soal melamar, misalnya, pihak laki-laki akan membawa barang antaran berupa uang perak zaman Belanda 10 sen, sebotol sopi dan ayam seekor.

Setelah lamaran diterima pun perkawinan tidak bisa langsung dilakukan. Kedua remaja yang sudah setuju untuk berumah tangga itu harus menunggu selama tiga tahun.

Selama waktu itulah masing-masing berusaha melengkapi segala keperluan mereka nanti. Si laki-laki biasanya kembali ke kebun untuk mengolah tanah dan membangun rumah sendiri (sebab, setelah kawin si mempelai wanita langsung dibawa ke rumah milik suaminya).

Sebagai suatu masyarakat yang kelihatannya masih agak tertutup, semula saya mengira bahwa perkawinan itu hanya terjadi di antara sesama orang Boti saja. Ternyata tidak.

"Pokoknya, jika seorang pemuda di luar masyarakat Boti naksir seorang gadis Boti dan mereka sudah sama-sama senang, kami tidak akan melarang atau membatasi," kata si kepala adat.

Setelah waktu yang ditentukan cukup dan segala persyaratan dipenuhi, baru pihak lelaki akan datang kembali ke rumah pihak wanita untuk mengukuhkan pernikahan mereka.

Pada waktu itu pihak laki-laki akan membawa sapi atau babi sebagai barang antaran. Yang mengukuhkannya adalah ketua adat.

Pada hari bahagia itukedua mempelai akan mengenakan pakaian biasa saja, yang mereka gunakan sehari-hari. "Kecuali jika punya uang, mereka akan membuat pakaian atau sarung baru," kata Nune lebih lanjut.

Pada  malam harinya baru diadakan keramaian dengan memukul gong, tetabuhan ataupun tari-tarian sebagai tanda diselenggarakannya suatu pesta.

Berlainan dengan di masyarakat modern, kebiasaan para tamu atau undangan membawa kado untuk kedua mempelai, sama sekali tidak dikenal dalam masyarakat Boti.

"Pokoknya, para tamu, tidak membawa apa-apa. Mereka semata-mata hanya dijamu oleh tuan rumah, dari pihak kedua mempelai," kata Nune Ambenu.

Namun, pesta pernikahan ini kalah ramai dibandingkan dengan pada waktu ada yang meninggal. Mereka akan mengadakan keramaian tiga tahun sesudah upacara kematian selesai, berupa pengucapan syukur.