Find Us On Social Media :

Suku Boti, Suku yang Suka ‘Memanggang’ Ibu yang Baru Selesai Bersalin

By Ade Sulaeman, Minggu, 11 Februari 2018 | 19:00 WIB

la akan keluar secara gaib di tempat-tempat yang tidak bisa diduga sebelumnya. Bentuknya pun sudah berupa bulatan tipis sebesar uang logam seratus rupiah.

Orang Boti selalu berusaha memenuhi sendiri segala kebutuhan hidup mereka, baik pangan maupun sandang. Untuk memenuhi kebutuhan akan benang tenun, mereka menanam kapas sendiri. Kalau sampai tidak berhasil, barulah mereka membelinya dari luar.

"Pakaian yang saya pakai ini pun hasil tenunan sendiri, dari benangnya sampai jadi," jelas Nune.

Kalau pangan yang mereka hasilkan melebihi kebutuhan mereka sendiri, kelebihannya akan dijual.

"Yang kami tanam antara lain pohon asam (yang merupakan hasil utama) selain padi," kata salah seorang anak buah Nune.

Di sini semangat hidup bergotong royong masih sangat tebal.

Penampilan orang Boti sederhana. Mereka nampaknya juga tidak pernah menggunakan alas kaki, sehingga telapak kaki mereka sangat tebal.

Padahal, daerah tempat tinggal mereka masih berupa tanah kering dan berbatu karang.

Kaum lelakinya, terutama generasi tua, umumnya tidak mencukur rambutnya. Rambut mereka yang panjang itu digelung menjadi konde, persis Brama Kumbara dalam film Saur Sepuh.

Namun, pada kaum mudanya hal itu tidak begitu ketat lagi, seperti yang dilakukan oleh putra Nune sendiri, yang ikut mendampingi ayahnya.

"Kami tidak bisa melarang kaum muda untuk tidak mencukur pendek rambut mereka seperti  pemuda kota," kata salah seorang anak buah Nune.

Sebagaimana suku-suku lain, suku Boti juga memiliki cara-cara sendiri dalam kehidupan sehari-hari.