Find Us On Social Media :

Saat Caci Maki Berakhir dengan Mutilasi

By Ade Sulaeman, Kamis, 8 Februari 2018 | 19:00 WIB

April 2007 atau sembilan bulan sebelum peristiwa tragis di Hotel BM. Seorang pria 27 tahun, Zaky Afrizal Nurfaizin, bersama seorang temannya menemukan bon belanja yang memuat sebuah nomor ponsel.

Iseng-iseng, teman Zaky menghubungi nomor tersebut memakai ponsel Zaky. Dia mengaku sebagai Mahasiswa Trisakti Jurusan Akuntansi dan bekerja sebagai sales marketing di sebuah bank di Jakarta.

Pemilik nomor ponsel tersebut seorang perempuan. Hampir tiap malam keduanya mengobrol via ponsel dan saling mencurahkan isi hati. Hingga suatu hari, teman Zaky pulang ke kampung halaman.

Tapi perempuan tersebut masih terus menghubungi ponsel Zaky. Meski awalnya cuek, Zaky akhirnya tergoda untuk menjawab panggilan tersebut.

Zaky kemudian berpura-pura menjadi temannya. Tak dinyana, dia keterusan dan sampai “lupa” dengan statusnya yang telah berkeluarga dan dikaruniai satu anak.

Komunikasi dua insan yang tidak pernah bertemu tersebut berlangsung tiga bulan. Hingga akhirnya keduanya memutuskan untuk bertemu di Pulogadung, Jakarta Timur, pada Juli 2007.

“Saya janda, Mas, mempunyai anak satu,” ujar perempuan yang ternyata bernama Atikah Septiani tersebut.

Zaky kaget. Tapi dia tetap menyembunyikan identitasnya dan terus melanjutkan permainan. Hingga suatu hari mereka berdua sepakat berpacaran.

Setelah menjalin asamara selama tiga bulan, Atikah mengajak Zaky ke rumahnya untuk diperkenalkan kepada orangtuanya. Melihat keseriusan Atikah, Zaky merasa bersalah. Dia lantas mengaku telah memalsu identitas temannya.

Hanya saja, kenyataan bahwa dia sudah berkeluarga bahkan sudah memiliki anak masih dirahasiakan.

Atikah tak mempermasalahkan hal itu. “Ya udah, saya terima Mas apa adanya. Yang penting Mas mau nasihati saya dan (mau) bertukar pikiran,” ujarnya.

Sebuah penyerahan diri yang membuat mereka semakin dekat. Bahkan, berani melakukan hubungan intim layaknya suami-istri tanpa status pernikahan.