Find Us On Social Media :

Kisah Walisanga: Maulana Malik Ibrahim dan Kisah Makam-makam Islam Tertua di Jawa

By Moh Habib Asyhad, Minggu, 28 Januari 2018 | 07:00 WIB

Belum bisa disimpulkan apa pun dari data ini, kecuali pengenalan bahwa untuk setiap pernyataan dalam ilmu sejarah dituntut pendasaran yang kuat.

Dalam hal makam panjang di Leran, bisa diikuti misalnya beberapa cuplikan dari uraian ahli epigrafi (ilmu tentang prasasti) Louis-Charles Damais dalarh artikel "Epigrafi Islam di Asia Tenggara" (1968) dari bukli Epigrafi dan Sejarah Nusantara.(1995).

"Prasasti paling tua yang dikenal di Jawa berasal dari suatu zaman  ketika kebanyakari orang-orang Muslim di pulau itu  berasal dari luar, kemungkinan besar mereka adalah pedagang, entah mereka menetap atau hanya singgah, walaupun kemungkinan yang kedua itu jelas lebih besar.

Yang dimaksud di sini ialah nisan seorang gadis di  kuburan Leran, beberapa kilometer dari Gresik di Jawa Timur, sebelah barat laut pelabuhan besar Surabayai (ucapan jawa-nya adalah Suroboyo).

(Baca juga: Terkuak! Oknum Perawat National Hospital Leluasa Bertindak Cabul, Ternyata Pasien Cantik Itu Habis Operasi Ini)

"Oleh karena kami di sini tidak mungkin dapat memerinci dan membahas hasil bacaan Moquette yang telah berjasa sebagai orang pertama yang menafsirkan prasasti itu, ataupun hasil pembacaan Ravaisse yang telah mengadakan beberapa perubahan, cukuplah kami kemukakan bahwa almarhumah bernama binti Maymun, sebagaimana cukup terbukti.

Tanggalnya jumat 7 Radjab 475 tahun Hijriah, atau 2 Desember 1082 M, artinya keesokan hari padanan teoretis menurut Tabel-label. Tanggal ini telah menirmbulkan perdebatan, oleh karena 70 dan 90 mudah dikacaukan dalam tulisan Arab yang tidak ada tanda diakritiknya dan oleh karena epital itu mengandung kesalahan sehingga harus dibetulkan.

Akan tetapi hari pekan yang tercantum itu beserta kemungkinan paleografinya menurut kami merupakan kunci masalah itu, dan padanannya dengan tarikh Julius bagi kami tidak meragukan lagi, seperti telah kami uraikan sebabnya dalam tulisan lain.

"Tidak diketahui siapa gerangan gadis itu. Menurut dongeng setempat, ia adalah seorang putri raja,yaitu Putri Dewi Suwari atau Putri Leran. Unsur ini sudah tentu tidak tepat, karena sengkalan-sengkalan (kalimat yang menunjuk tahun - Red) yang bersangkutan dengan gadis itu menunjuk angka-angka tahun yang kira-kira tiga abad lebih muda, sedangkan prasasti itu sekurang-kurangnya jelas mengenai angka abad dalam tahun Hijriah.

(Baca juga: Salah Kirim Pesan Kepada Kekasihnya, Gadis Cantik Ini Ditemukan Gantung Diri di Kampus)

Sebuah dongeng dalam teks  yang disebut oleh Knebel pada tahun 1906 dan yang ketika itu milik juru kunci makam itu, mengemukakan umpamanya sebuah sengkalan yang diartikan sama dengan 1308 Saka =1386 (-87) M.

Sebuah sengkalan lain sama dengan 1313 Saka = 1391 (-92) M. Lagipula, seandainya binti Maymun itu seorang putri raja, derajarnya pasti tertera pada nisannya, sedangkan di sini tidak.