Find Us On Social Media :

Kisah Walisanga: Maulana Malik Ibrahim dan Kisah Makam-makam Islam Tertua di Jawa

By Moh Habib Asyhad, Minggu, 28 Januari 2018 | 07:00 WIB

Intisari-Online.com – Maulana Malik Ibrahim yang makamnya terdapat di Gresik, selain disebut sebagai Sunan Gresik, juga sering disebut-sebut sebagai walisanga yang pertama, yang tampaknya hanyalah didasarkan kepada tahun kewafatan yang tertulis pada nisannya, yakni 822 Hijriah, yang berarti 1419 Masehi.

Dibandingkan dengan Sunan Ngampel Denta yang dianggap sebagai perintis dan pelopor, dan tahun kewafatannya diduga sekitar tahun 1467, kiranya data semacam ini mengundang sebutan bahwa Malik Ibrahim adalah wali yang pertama di antara para walisanga.

Meski hanya dugaan, legenda akan tetap beredar demi pengukuhan. Di antara banyak legenda, kita periksa saja yang diiemukan oleh Husein Djajadiningrat dalam disertasinya Tinjauan Kritis tentang Sajarah Banten (1913).

(Baca juga: Bukan ‘Kesaktiannya’, Pasukan Tank Belanda Takut pada Sri Sultan Hamengkubuwono IX karena Pendidikannya)

Sebetulnya yang ditelili oleh Djajadiningrat adalah tentang sifat-sifat penulisan sejarah Jawa, dengan Sajarah Banten sebagai kasusnya, tempat antara lain terdapatnya kisah-kisah walisanga, termasuk juga tentang Maulana (Djajadiningrat mengeja Molana) Malik Ibrahim yang jelas disebutnya sebagai dongeng.

Disebutkan dalam Sajarah Banten bahwa Malik Ibrahim adalah penyebar Islam tertua, yang kisahnya berjalin dengan kisah "saudara sepupu” - nya, Putri Suwari yang juga disebut sebagai Putri Leran.

Konon Molana Ibrahim ulama sohor dari Arab, keturunan Zeinulabidin, cicit Nabi Muhammad, menetap dengan sesama orang beriman lainnya di Leran.

Lantas datang saudara sepupu lain, raja Cermen dari tanah seberang, yang bermaksud mengislamkan Angkawijaya raja Majapahit - jika berhasil, bahkan ia berniat menghadiahkan putrinya menjadi istri raja Majapahit.

Ringkas cerita, bersualah kedua raja ini di perbatasan, raja Cermen yang diiringi 40 wali mempersembahkan sebuah delima, diterima tidaknya menjadi ukuran apakah raja itu akan masuk Islam.

(Baca juga: Kisah Windi, Anak 'Bodoh' yang Bisa Menggambar dengan Sangat Indah. Karena Kecerdasan Bukan Hanya Soal IQ!)

Disebut betapa raja Majapahit merasa heran, mengapa seorang raja dari seberang mempersembahkan buah delima, seolah-olah buah semacam itu tak ada di Jawa.

Mengetahui yang dipikirkan raja Majapahit, raja Cermen pamit  untuk kembali ke Leran, hanya Molana Maglur, putera Malik Ibrahim, tinggal di Majapahit.

Ketika buah dibelah, di dalamnya terdapat permata, maka segeralah raja meminta agar Molana Magfur menyusul raja Cermen agar balik ke Majapahit. Raja Cermen ternyata menolak.