Find Us On Social Media :

Krisis Rohingya: Pemerintah Myanmar Setuju Sediakan Penampungan dan Rumah Saat Pemulangan 300 Pengungsi Rohingya per Harinya

By Tatik Ariyani, Selasa, 16 Januari 2018 | 19:15 WIB

Intisari-Online.com - Bangladesh mengatakan telah menyetujui waktu dengan Myanmar untuk memulangkan ratusan ribu orang Rohingya yang melarikan diri karena tindakan kekerasan tahun lalu.

Myanmar telah sepakat untuk menerima 1.500 Rohingya setiap minggunya, kata pihak Bangladesh.

Hal tersebut bertujuan untuk mengembalikan mereka semua ke Myanmar dalam kurun waktu dua tahun.

Lebih dari 650 ribu orang Rohingya telah melarikan diri ke Bangladesh sejak kekerasan yang menimpa negara bagian Rakhine bulan Agustus lalu.

BACA JUGA: 

Hal itu juga menimbulkan kekhawatiran tentang pemulangan secara paksa para pengungsi Rohingya.

Menurut Reuters, belum ada waktu yang jelas tentang pemulangan mereka, namun Myanmar telah setuju untuk menyediakan tempat penampungan sementara dan membangun rumah bagi para pengungsi yang kembali.

Kedua belah pihak sepakat untuk melakukan kesepakatan mengenai pemulangan tersebut pada November lalu dan kini mereka bertemu di ibukota Myanmar, Naypyidaw untuk menyelesaikan rencana tersebut.

Sekretaris asing Bangladesh Md Shahidul Haque mengatakan kepada BBC bahwa pemerintah telah meminta Myanmar untuk menerima 15.000 Rohingya setiap minggu, namun mereka akhirnya menyepakati 300 per hari atau 1.500 per minggu.

BACA JUGA: 

Kedua belah pihak akan meninjau kesepakatan tersebut dalam tiga bulan.

Berdasarkan kesepakatan saat ini, sekitar 156 ribu Rohingya akan dipulangkan dalam dua tahun.

Jumlah itu masih jauh dari 650 ribu orang yang baru-baru ini diungsikan di Bangladesh.

Ketika kesepakatan awal ditandatangani, Amnesty International ragu akan ada pengembalian yang aman atau bermartabat "sementara sistem apartheid tetap ada" dan berharap mereka yang tidak ingin pulang tidak dipaksa melakukannya.

BACA JUGA: 

Rohingya adalah minoritas tanpa kewarganegaraan di Myanmar.

Jumlah pengungsi telah melarikan diri ke Bangladesh setelah serangan kepada etnis Rohingya oleh militer di negara bagian Rakhine pada akhir Agustus.

Krisis tersebut telah digambarkan sebagai pembersihan etnis oleh PBB dan AS.

Meskipun tuduhan pelanggaran hak asasi manusia meluas, Myanmar secara konsisten menolak menganiaya minoritas Rohingya. (bbc.com)

BACA JUGA: