Find Us On Social Media :

Wahai Ayah-Ibu, Bukan dengan Bentak-bentakan, Membangun Karakter Anak Itu dengan Pujian

By Moh Habib Asyhad, Senin, 15 Januari 2018 | 19:00 WIB

Intisari-Online.com - Tahukan Anda bahwa cara kita memuji anak dapat memberikan efek yang berbeda?

Pujian bisa mengembangkan kepercayaan diri anak tersebut, di sisi lain bisa membuat mereka terobsesi dengan keunggulan mereka.

Beberapa contoh sederhana seperti, ketika kita memuji penampilan atau keindahan gadis kecil yang terlihat sangat manis dengan baju baru dan rambut diikat rapi.

Atau, ketika anak kita mencapai nilai ujian yang sempurna.

Tidak ada yang salah dengan hal tersebut. Namun, penekanan pada sisi positif adalah kata kuncinya.

(Baca juga: Enam Langkah Mendidik Anak: Perhatikan yang Nomer 6!)

(Baca juga: Tidak Ada Cap Anak Nakal dari Ny. Haji Agus Salim Saat Mendidik Anak-anak)

Kita pasti ingin selalu mendorong anak-anak untuk mengasihi diri mereka sendiri dan merasa percaya diri.

Tapi dengan bahasa yang sederhana, kita bisa mengubah pujian menjadi alat pembangun karakter anak.

Jika tidak kita perhatikan dengan hati-hati, kita bisa membangun karakter seseorang yang terobsesi pada penampilan mereka sendiri.

Mernurut Art  Markman, Ph.D., seorang konsultan psikolog dari YouBeauty, sangat baik membuat anak berpikir bahwa suatu kemampuan adalah bakat yang harus dilatih terus-menerus.

Seperti memiliki kemampuan memecahkan masalah matematika atau melakukan beberapa permainan olahraga, tentu mereka harus berlatih dan mencoba untuk mempraktikkannya.

Inilah yang tidak dapat dikendalikan oleh seorang anak dan dapat berubah selama pujian yang kita berikan.

(Baca juga: Tak Memasukkannya ke Sekolah Formal, Haji Agus Salim Mendidik Anaknya Lewat Dongeng)

(Baca juga: 4 Tanda Kita Sudah Mendidik Anak dengan Benar)

Cara kita memuji akan membantu mereka dengan bertambahnya usia.

Fokus pujian pada hasil seperti ‘Kamu terlihat cantik’, ‘Kamu pintar karena memperoleh nilai 100’, harus ditambahkan dengan pernyataan bagaimana mereka mencapainya.

Contohnya, ‘Rambutmu terlihat cantik, sisiran sendiri 'kan?’ atau, ‘Karena kamu belajar kemarin makanya mendapatkan nilai bagus’.

Metode ini tidak akan membuat mereka berpikir kalau mereka mendapat apa yang mereka capai karena mereka lahir dengan kecantikan atau kepandaian, tetapi mereka mendapatkannya karena mereka harus berusaha.

Jika anak-anak berpikir awalnya mereka berbakat, namun kita salah memuji hanya karena untuk menyenangkan mereka, akan sulit bagi mereka untuk memperbaikinya.

Berbeda jika sejak awal kita memberitahu mereka, proses dan usaha yang membuat bakat mereka terasah.

Ketika mereka menemukan penghalang, mereka akan mencoba mencari jalan keluar untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi.

(Baca juga: Enam Cara Mendidik Anak Bagi Wanita Karier)