Find Us On Social Media :

Catat! Inilah Panduan Makan Seafood Sesuai Usia dan Kondisi, Agar Tubuh Tak Keracunan

By Ade Sulaeman, Sabtu, 13 Januari 2018 | 15:30 WIB

(Baca juga: Wanita Ini Diceraikan Suaminya Gara-gara Hanya Mandi dan Berhubungan Seks Sekali dalam Setahun)

Sebaliknya, justru tidak baik untuk kesehatan. “Karena seafood adalah bahan makanan sumber protein, konsumsi berlebihan akan menyebabkan meningkatnya kadar asam urat darah bagi yang mempunyai kecenderungan penyakit tersebut. Itu juga berdampak meningkatkan kadar kolesterol dan trigliserida karena mengandung lemak dan kolesterol,” terang dr Lucy.

Lebih penting lagi, pembatasan konsumsi makanan laut juga untuk menjaga agar kandungan logam berat seperti merkuri (Hg) dan polychlorinated biphenyls (PCB) yang masuk ke tubuh tetap rendah.

Apalagi untuk kasus Jakarta, ada baiknya mengetahui dari mana asal makanan laut yang akan dimakan.

Fakta yang diungkap oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) pada 2011 sempat membuat penggemar makanan laut berpikir beberapa kali untuk mengonsumsi seafood.

Pasalnya, hasil penelitian KLH menunjukkan bahwa Teluk Jakarta sudah sangat tercemar logam berat serta limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) lain, seperti polychlorinated biphenyls (PCB) dan dioxin.

Dari hasil penelitian tersebut, paling tidak 21 perusahaan besar membuang limbahnya ke perairan Teluk Jakarta.

Ditambah lagi, sebagian dari 6.500 ton sampah Jakarta per harinya masuk ke 13 aliran sungai yang bermuara ke Teluk Jakarta.

Logam berat dan B3 itu mengontaminasi ikan-ikan dan penghuni laut lainnya, sebelum akhirnya berakhir di meja makan Anda.

Sungguh seram membayangkan “logam berat” masuk ke tubuh kita. Namun, sebenarnya apakah itu logam berat?

Makin besar makin tercemar