Perang Enam Hari Arab vs Israel Memicu Pesta Perang Rudal Mematikan

Yoyok Prima Maulana

Penulis

Dalam Perang Enam Hari yang sangat dahsyat itu senjata berpemandu alias rudal sudah mulai ambil bagian

Intisari-online.com - Perang Enam Hari antara Israel-Arab yang berkobar pada tahun 1967 bukanlah pertempuran konvensional seperti zaman Perang Dunia II.

Dalam peperangan yang sangat dahsyat itu senjata berpemandu alias rudal sudah mulai ambil bagian.

Perang Enam Hari bahkan telah menjadi ajang pemicu pesta rudal dalam peperangan berikutnya.

Sementara soal pengoperasian rudal-rudal yang sangat mematikan telah dilakukan baik oleh Israel maupun pasukan dari negara-negara Arab.

BACA JUGA:Meski Sama-sama Badan Intelijen AS, Nyatanya CIA Bisa Lebih Brutal dan Menghalalkan Segala Cara Dibanding FBI

Jenis rudal pertama yang dioperasikan adalah rudal permukaan-permukaan antitank.

Pihak militer Israel mengadopsi rudal antitank Nord SS.11 yang khusus didatangkan dari Perancis guna meladeni armada tank berat Soviet IS-3M Stalin.

Semula rudal-rudal berpemandu pemancar (wire guided) tadi dipasang dijip.

Namun dengan pertimbangan keamanan sekaligus juga menjaga mobilitas, Israel selanjutnya memasang rudal SS.11 pada ranpur half-track sebagai elemen unit tank destroyer.

Secara teknis rudal SS. 11 mampu dipakai menjebol bodi tank lapis baja dari jarak 500 sampai 3.000 m.

Sama dengan Israel, pasukan Arab pun mengoperasikan sistem rudal antitank, berlabel 2P26 Baby Catriage.

Sistem ini terdiri dari rudal 3M6 Shmel atau bila merujuk dari kode NATO yaitu AT-1 Snaper yang dipasang pada varian angkut (kargo) dari jip GAZ-69.

Secara teknis rudal antitank generasi pertama ini mampu menghantam target pada jarak maksimal hingga 2,5 km.

Dalam perang sistem 2P26 banyak digelar Mesir di front Sinai.

Jenis rudal terakhir yang turut digelar yaitu berupa rudal permukaan-udara untuk keperluan anti pesawat. Soviet memasok baterai-baterai rudal SA-2 Guideline kepada Arab.

Secara teknis rudal ini cuma cocok buat menghalau pesawat pada ketinggian antara 40.000 sampai 80.000 kaki (sekitar 25.000 m).

Sebaliknya AS tanpa sungkan memberikan bantuan rudal pemangsa pesawat Raytheon MIM-23 Hawk (Homing All-the Way Killer) ke Israel.

BACA JUGA:Jalan Sunyi Jenderal Hoegeng, Jalannya Para Pemberani

Beda dengan SA-2, rudal Hawk lebih cocok dipakai buat menghadang serangan udara dari ketinggian sedang hingga ketinggian rendah (tree top level).

Pasca-Perang Enam Hari penggunaan rudal telah menjadi trend dalam peperangan moderen baik untuk menggempur sasaran di darat dan di udara.

Rudal yang memiliki jarak makin jauh dan dikenal sebagai rudal balistik bahkan menjadi ancaman bagi negara-negara adidaya seperti AS.

Misalnya rudal berhulu ledak nuklir buatan Korea Utara yang selama tahun 2017 ini menjadi momok yang paling menakutkan bagi warga AS.

BACA JUGA:Kisah Nyata Perempuan yang Sejauh Ini Sudah Tidur dengan 1.000 Lelaki

Artikel Terkait