Find Us On Social Media :

‘Cedrus libani’, Pohon Natal Tulen yang (Nyaris) Hanya Ada di Tanah Palestina dan Lebanon

By Ade Sulaeman, Sabtu, 23 Desember 2017 | 15:45 WIB

Pohon cemara sebagai pohon Natal

Pada festival ini, orang Romawi yang belum masuk Kristen bergembira semua; dan saling bertukar hadiah.

(Baca juga: Sambil Menyerahkan Diri kepada Polisi Kanibal Ini Bilang: “Saya Bosan Makan Daging Manusia”)

Pesta pora berlangsung beberapa hari, sampai akhirnya pada tanggal 1 Januari tahun berikutnya, rumah-rumah dihias dengan lampu-lampu menyala.

Hadiah dibagikan lagi kepada anak-anak yatim piatu dan orang miskin.

Kebetulan, orang Jerman juga merayakan hari kemenangan suku bangsa Teutonia yang menaklukkan suku bangsa Gaul di Inggris.

Mereka menghias tempat-tempat pesta kemenangan dengan kembang api, lampion berisi Win menyala, dan potongan pohon silver fir (Abies alba) sebagai simbol kehangatan dan panjang umur.

Sejak itulah, pucuk pohon yang hijau (karena memang evergreen, walaupun sudah musim salju) temuan- orang Jerman itu diterima sebagai simbol selamat bertahan hidup, untuk merayakan hari Natal.

Berabad-abad kemudian mereka memakai pohon spruce (Picea abies) yang tajuk daunnya seperti kerucut.

Bagian bawah dekat tanah membulat lebar, dan makin ke atas makin meruncing sempit.

Sebagai pohon Natal, spruce Inggris atau spar Belanda ini  jelas lebih indah daripada silver fir nenek mereka yang tajuknya seperti lontong. Dari bawah sampai ke atas sama terus lebarnya.

Sialnya, silver fir  itu di Jerman disebut Tannenbaum dan di Belanda denneboom. Ini sudah betul, tapi spruce penggantinya juga mereka sebut Tannenbaum dan dennenboom.