Find Us On Social Media :

Meski Selalu Ditunggu Kehadirannya saat Natal, Sinterklas Sejatinya Bukanlah Tokoh Natal

By Ade Sulaeman, Sabtu, 23 Desember 2017 | 15:15 WIB

Ada yang mengatakan, dalam suatu perjalanan ziarahnya ke Palestina, ia mampu menenangkan ombak dari atas kapalnya yang diamuk badai hanya dengan mengangkat tangan.

Sebuah keluarga yang dirundung putus asa bisa berubah menjadi gembira berkat pertolongannya.

Menurut cerita, di Myra ketika itu ada sebuah keluarga jujur yang amat miskin sehingga tidak bisa mengawinkan ketiga putrinya.

Pasalnya, mereka tak punya mahar atau emas kawin untuk mempelai. Akhirnya dengan diam-diam tanpa setahu orang, suatu sore Nicholas melemparkan tiga pundi-pundi uang emas lewat jendela rumah tersebut.

Kali lain ia menyelamatkan usaha pembunuhan tiga bocah oleh seorang ayah yang lalim.

Karena kebajikan dan kedermawanannya itulah ia diangkat masyarakat setempat sebagai pelindung kaum pelaut dan kaum bocah.

Pada abad-abad selanjutnya, tanggal kematian Nicholas dirayakan dengan pesta peringatan di beberapa kawasan Eropa dalam berbagai versi.

Setiap tanggal 6 Desember masyarakat Belanda mengadakan pesta Santo Nicholas dengan mengarak seorang bocah kecil didandani pakaian uskup.

Selain itu di negara lain, seorang pria tua yang berdandan ala Nicholas berkeliling kota. Ia menanyai para orang tua tentang perilaku anak-anaknya selama setahun lalu.

Anak-anak yang rajin dan bertingkah laku baik diberi hadiah, sedangkan anak-anak nakal hanya diberi seikat ranting tanaman.

Pada zaman Reformasi Protestan pada abad XVI, perayaan Santo Nicholas sempat terhenti di beberapa negara Eropa.

Di Inggris, misalnya, figur kebaikan yang sering membagi-bagi hadiah lalu digantikan dengan sosok yang disebut Father Christmas, sedangkan di Prancis muncul Papa Noel.