Find Us On Social Media :

60 Tahun Jadi Pasukan PBB Tunjukkan Indonesia Terus Memperjuangkan Perdamaian Timur Tengah

By Moh Habib Asyhad, Selasa, 19 Desember 2017 | 14:45 WIB

Demi mengatasi krisis di Mesir, dalam Sidang Umum PBB Menteri Luar Kanada Lester B Perason mengusulkan agar dibentuk suatu pasukan PBB untuk memelihara perdamaian di Timur Tengah.

(Baca juga: Kekuatan Udara Turki Paling Besar di Timur Tengah, tapi…)

(Baca juga: Lima Jet Tempur Super Canggih Inilah yang Menjadi Andalan Turki dan Negara-Negara Timur Tengah)

Usul ini disetujui sidang dan pada tanggal 5 November 1956 Sekjen PBB membentuk sebuah komando PBB dengan nama United Nations Emergency Forces (UNEF). 

Sejumlah negara, termasuk Indonesia pun menyambut baik terbentuknya UNEF itu dan berjanji mengirimkan pasukan perdamaian.

Sebagai wujud pelaksanaanya, pada 28 Desember 1956, Indonesia (TNI) membentuk pasukan pemelihara perdamaian berkuatan satu detasemen (550 orang) yang terdiri atas kesatuan-kesatuan Teritorium IV/Diponegoro dan Teritorium V/Brawijaya.

Kontingen Indonesia untuk UNEF yang diberi nama Pasukan Garuda ini diberangkatkan ke Timur Tengah pada bulan Januari 1957.

Partisipasi pasukan perdamaian PBB Indonesia terus berlanjut.

Untuk kedua kalinya Indonesia mengirimkan kontingen pasukan PBB yang  diperbantukan kepada United Nations Operations for the Congo (UNOC) sebanyak satu batalyon.

Pengiriman pasukan ini terkait munculnya konflik politik yang memicu perang saudara di Kongo (Zaire). 

Demi mencegah pertumpahan darah yang lebih banyak, maka PBB membentuk Pasukan Perdamaian untuk Kongo, UNOC.

Pasukan perdamaian PBB Indonesia yang dikirim ke Kongo dinamai Pasukan Garuda II, dan kekuatan tempurnya terdiri atas Batalyon 330/Siliwangi, Detasemen Polisi Militer, dan Peleton KKO Angkatan Laut.