Find Us On Social Media :

3 Fakta Unik Dari Permainan Kelereng, Salah Satunya Harga Kelereng yang Capai Rp54 Juta per Butirnya

By Mentari DP, Kamis, 14 Desember 2017 | 19:00 WIB

Intisari-Online.com – Dulu, kalau sedang musim kelereng, guru-guru sering jengkel, karena kelereng tidak henti-hentinya bergesekan dalam saku murid-murid di kelas.

Hal itu bukan cuma terjadi di Indonesia, tetapi juga dipelbagai penjuru dunia. Di AS bahkan sering diselenggarakan turnamen kelereng yang bersifat nasional.

Namun, zaman berubah.

Kini, anak-anak hampir tidak kenal pada permainan kelereng. Sekarang kelereng hanya menjadi barang seni.

(Baca juga: Ni Nengah Widiasih: Kalau Gagal, Ya, Coba Lagi! Kalau Jatuh, Ya, Bangun Lagi!)

(Baca juga: Keren! Meski Punya Keterbatasan Fisik, Nur Ferry Berhasil Persembahkan 4 Emas Bagi Indonesia, Bahkan Memecahkan 3 Rekor)

Dijadikan kejuaraan nasional

Namun masih ada satu tempat di dunia yang mencoba melestarikan permainan kelereng, yakni Wildwood di New Jersey, AS.

Setahun sekali, pada bulan Juni, ketika sekolah-sekolah libur, selama enam hari Wildwood berubah menjadi pasar malam.

Anak-anak jagoan main kelereng, entah ia anak laki-laki maupun anak perempuan, berdatangan dari kota-kota kecil sekitarnya untuk memperebutkan kejuaraan kelereng.

Jumlah mereka yang ikut berlomba kira-kira dua ratus orang. Kalau biasanya anak-anak main kelereng di tanah, maka di sini disediakan delapan petak bujur sangkar yang bersih dan keras.

Di dalam petak itulah anak-anak mengadu keterampilan, sambil dikelilingi sanak keluarga yang senewen, pengiring dan pelatih. Juri-jurinya duduk di mimbar kayu.

Sebetulnya para pengelola pertandingan berusaha supaya sifat pertandingan itu nasional, tetapi sudah bertahun-tahun pesertanya kebanyakan anak-anak dari sekitar Wildwood saja.

Jago-jagonya juga dari tempat yang secara tradisional memang menghasilkan jago-jago kelereng, seperti Maryland, Virginia Barat dan Pennsylvania.

Memang ada juga satu dua yang berasal dari negara bagian yang jauh-jauh.

Kalau di Indonesia kelereng kebanyakan dibuat dari gelas, maka di bagian-bagian dunia lain ada juga yang dibuat dari keramik, batu akik dan bahkan yang dari logam.

Kelereng untuk “menembak” kelereng lain kebanyakan dibuat dari batu akik. Besar maksimum yang diperbolehkan dalam turnamen ialah tiga perempat inci.

Kebanyakan kelereng akik dibuat di Jerman dan India. Harganya tidak murah. Pada musim pertandingan di Wildwood bisa mencapai 6,5 US Dollar (Rp84.500) perbutir.

(Baca juga: Berkat Kelereng Menjadi Psikolog Terkemuka)

Permainan presiden

Tidak diketahui dengan pasti sejak kapan manusia mulai senang menggelindingkan batu-batu kecil itu untuk permainan.

Yang pasti kelereng sudah dikenal pada zaman batu di tiga benua. Konon di makam Raja Tut yang hidup di zaman Mesir Kuno ditemukan kelereng.

Kini, kelereng zaman Romawi dan Yunani mendapat kehormatan dipamerkan di British Museum dan Metropolitan Museum di New York.

Ketika orang-orang bule datang ke Amerika, mereka melihat orang-orang Indian pun main kelereng.

Tiga presiden AS yang paling mula-mula, yaitu Washington, Jefferson dan Adams ternyata pecandu kelereng pula.

Ketika kelereng membanjiri AS tahun 50-an, perusahaan kelereng di AS hampir bangkrut, sehingga Kongres perlu turun tangan untuk melindungi industri kelereng AS.

Namun, akhir tahun 50-an kelereng mulai kehilangan peminat di pelbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia.

Kini, di AS saja cuma ada lima pabrik kelereng.

(Baca juga: Wintergatan Marble Machine, Alat Musik yang Dimainkan dengan Kayuhan dan Lebih dari 2.000 Kelereng)

Banyak dicari oleh para kolektor

Nah, jika kelereng kini sudah kehilangan daya tarik sebagai permainan anak-anak, tetapi ia mulai banyak dicari oleh para kolektor.

Menurut Marble Collectors Society of America, di dunia ada kurang lebih 20.000 kolektor kelereng yang serius.

Kelereng-kelereng yang harganya kini lebih mahal dari emas adalah yang disebut Lutz, karena benda itu tadinya dikira buatan Nicholas Lutz pada abad ke-19 di AS.

Rupanya seperti emas tapi sebetulnya tembaga. Kini ketahuan kalau kelereng tersebut bukan buatan Lutz, tapi diimpor dari Jerman.

Saingan Lutz adalah kelereng gelas bening yang di dalamnya ada burung, kuda nil, kereta api, patung dada Lincoln atau Ratu Victoria.

Kelereng langka lain ialah yang dihiasi gambar tokoh komik tahun 30-an.

Sejak akhir 1970-an pengrajin mulai menciptakan kelereng sebagai hasil seni, bukan untuk digelinding-gelindingkan di tanah.

Di Amana, Iowa, setiap tahun ada pameran kelereng yang diselenggarakan oleh Marble Collectors Unlimited. Di sini para kolektor “berburu” kelereng.

Kelereng mahal dipamerkan dalam kotak-kotak perhiasan. Maklum harganya ada yang mencapai 4.200 US Dollar (Rp54,6 juta) per butir!

Kelereng biasa sih ditumpuk saja di kotak-kotak besar atau bahkan dalam karung di lantai! (Paul Dickson)

(Pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Juni 1989)

(Baca juga: 1000 Kelereng untuk 1000 Hari Sabtu)