Find Us On Social Media :

3 Fakta Unik Dari Permainan Kelereng, Salah Satunya Harga Kelereng yang Capai Rp54 Juta per Butirnya

By Mentari DP, Kamis, 14 Desember 2017 | 19:00 WIB

Ketika kelereng membanjiri AS tahun 50-an, perusahaan kelereng di AS hampir bangkrut, sehingga Kongres perlu turun tangan untuk melindungi industri kelereng AS.

Namun, akhir tahun 50-an kelereng mulai kehilangan peminat di pelbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia.

Kini, di AS saja cuma ada lima pabrik kelereng.

(Baca juga: Wintergatan Marble Machine, Alat Musik yang Dimainkan dengan Kayuhan dan Lebih dari 2.000 Kelereng)

Banyak dicari oleh para kolektor

Nah, jika kelereng kini sudah kehilangan daya tarik sebagai permainan anak-anak, tetapi ia mulai banyak dicari oleh para kolektor.

Menurut Marble Collectors Society of America, di dunia ada kurang lebih 20.000 kolektor kelereng yang serius.

Kelereng-kelereng yang harganya kini lebih mahal dari emas adalah yang disebut Lutz, karena benda itu tadinya dikira buatan Nicholas Lutz pada abad ke-19 di AS.

Rupanya seperti emas tapi sebetulnya tembaga. Kini ketahuan kalau kelereng tersebut bukan buatan Lutz, tapi diimpor dari Jerman.

Saingan Lutz adalah kelereng gelas bening yang di dalamnya ada burung, kuda nil, kereta api, patung dada Lincoln atau Ratu Victoria.

Kelereng langka lain ialah yang dihiasi gambar tokoh komik tahun 30-an.

Sejak akhir 1970-an pengrajin mulai menciptakan kelereng sebagai hasil seni, bukan untuk digelinding-gelindingkan di tanah.

Di Amana, Iowa, setiap tahun ada pameran kelereng yang diselenggarakan oleh Marble Collectors Unlimited. Di sini para kolektor “berburu” kelereng.

Kelereng mahal dipamerkan dalam kotak-kotak perhiasan. Maklum harganya ada yang mencapai 4.200 US Dollar (Rp54,6 juta) per butir!

Kelereng biasa sih ditumpuk saja di kotak-kotak besar atau bahkan dalam karung di lantai! (Paul Dickson)

(Pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Juni 1989)

(Baca juga: 1000 Kelereng untuk 1000 Hari Sabtu)