Intisari-Online.com – Dulu, kalau sedang musim kelereng, guru-guru sering jengkel, karena kelereng tidak henti-hentinya bergesekan dalam saku murid-murid di kelas.
Hal itu bukan cuma terjadi di Indonesia, tetapi juga dipelbagai penjuru dunia. Di AS bahkan sering diselenggarakan turnamen kelereng yang bersifat nasional.
Namun, zaman berubah.
Kini, anak-anak hampir tidak kenal pada permainan kelereng. Sekarang kelereng hanya menjadi barang seni.
(Baca juga: Ni Nengah Widiasih: Kalau Gagal, Ya, Coba Lagi! Kalau Jatuh, Ya, Bangun Lagi!)
Dijadikan kejuaraan nasional
Namun masih ada satu tempat di dunia yang mencoba melestarikan permainan kelereng, yakni Wildwood di New Jersey, AS.
Setahun sekali, pada bulan Juni, ketika sekolah-sekolah libur, selama enam hari Wildwood berubah menjadi pasar malam.
Anak-anak jagoan main kelereng, entah ia anak laki-laki maupun anak perempuan, berdatangan dari kota-kota kecil sekitarnya untuk memperebutkan kejuaraan kelereng.
Jumlah mereka yang ikut berlomba kira-kira dua ratus orang. Kalau biasanya anak-anak main kelereng di tanah, maka di sini disediakan delapan petak bujur sangkar yang bersih dan keras.
Di dalam petak itulah anak-anak mengadu keterampilan, sambil dikelilingi sanak keluarga yang senewen, pengiring dan pelatih. Juri-jurinya duduk di mimbar kayu.