Find Us On Social Media :

Beruntungnya Indonesia Punya Pesawat Hercules yang Tangguh dan Mampu Menghadapi Segala Cuaca

By Moh Habib Asyhad, Sabtu, 2 Desember 2017 | 07:00 WIB

Mesin pesawat yang diinginkan AU adalah empat mesin yang berada di sayap, memiliki tenaga turbo, hemat bahan bakar, dan masih bisa terbang aman jika salah satu mesinnya dimatikan.

Sebelum AU AS meluncurkan program GOR, sejumlah industri seperti Boeing dan Chase ternyata telah merancang pesawat yang menjadi cikal bakal terwujudnya C-130 seperti XCG-20 Avtruc dan C-97.

Tapi yang kemudian diterima AU adalah rancangan Lockheed bermesin T56 turboprop.

Pesawat ini bisa terbang hingga jarak 2.000 kilometer, bisa take off pada landasan pendek dan landasan darurat serta sanggup terbang ketika salah satu mesin dimatikan.

(Baca juga: Keterlaluan, 797 Minuman Keras Vodka Diselendupkan ke Papua Gunakan Hercules TNI AU)

Setelah rancangan Lockheed diterima perusahaan penerbangan lain seperti Fairchild, North American, Martin dan Northrop menyatakan bergabung disusul Boeing, Chase, Doughlas, dan Airlifts Inc.

Salah satu tokoh Lockheed yang merancang C-130 adalah Willys Hawkins.

Proposal yang berisi rancangan C-130 itu sempat diabaikan Kelly Johnson, tokoh proyek pesawat rahasia Skunk Work yang tidak tertarik kepada pesawat berbaling-baling dan tidak bersenjata.

Kerja keras Lockheed dan para rekanannya akhirnya membuahkan hasil ketika pada 23 Agustus 1954, salah satu dari prototipe YC-130 A melaksanakan tes terbang dari pangkalan udara Burbank, California menuju Edward Air Force Base.

Setelah sukses melaksanakan uji terbang produksi C-130 lainnya tidak dilakukan di Lockheed lagi melainkan di Burbank, Marietta, Georgia dan menjadi bagian proyek Skunk Works.

Produksi resmi Hercules yang digarap di Burbank hingga nantinya mencapai jumlah 2.000 unit adalah tipe C-130A empat baling-baling bermesin Allison T56A-9 turboprop yang sudah dipesan 219 unit.